Studi
tentang Analisis Biaya Satuan Pendidikan di Madrasah dilatarbelakangi
oleh fakta penyelenggaraan pendidikan di madrasah yang begitu memilukan,
baik dari aspek substansi, proses, dan konteks penyelengaraan maupun
keterlibatan unsur pemerintah dan masyarakat dalam pembiayaannya. Sudah
tentu, kedua aspek tersebut begitu berpengaruh terhadap mutu pendidikan
yang dihasilkan madrasah. Keterlibatan pemerintah dalam pembiayaan
pendidikan di madrasah, berkaitan dengan realisasi pelaksanaan kehendak
perundang-undangan pendidikan yang masih relatif kecil, bila
dibandingkan dengan satuan pendidikan di luar Departemen Agama. Padahal
dilihat dari aspek fungsi, tugas dan peranan kelembagaan satuan
pendidikan madrasah memikul tanggung jawab yang sama dengan satuan
pendidikan lainnya. Salah satu kelemahan mendasar dalam sistem
pembiayaan pendidikan di madrasah ialah alokasi biaya penyelenggaraan
tidak didasarkan pada analisis komponen-komponen dan aktifitas-aktifitas
manajemen yang harus dibiayai secara riil. Dan ketika menghitung
kebutuhan biaya per siswa masih didasarkan pada asumsi-asumsi yang
keliru. Sehingga, pada saat menentukan besaran anggaran untuk satu
satuan pendidikan pun kurang dapat dipertanggungjawabkan secara riil.
Studi
ini bertujuan untuk menghitung biaya minimal pendidikan pada
masing-masing jenjang pendidikan madrasah swasta, baik untuk tingkat MI
dan MTs. Berdasarkan tujuan umum tersebut, maka tujuan khusus studi ini
ialah untuk mendapatkan informasi tentang:
1) Komponen-komponen yang
harus dibiayai dalam penyelenggaraan satuan pendidikan pada
masing-masing jenjang pendidikan madrasah swasta tingkat MI dan MTs;
2)
Aktivitas-aktivitas dari setiap komponen yang harus dibiayai dalam
penyelenggaraan satuan pendidikan di masing-masing jenjang pendidikan
madrasah swasta tingkat MI dan MTs;
3) Besaran jumlah biaya satuan
minimal pendidikan pada masing-masing jenjang pendidikan madrasah.
Penelitian
ini berkesimpulan bahwa Komponen-komponen yang seharusnya dibiayai
dalam penyelenggaraan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan madrasah
swasta tingkat MI dan MTs agar memiliki kualitas dan daya saing dengan
jenis-jenis pendidikan persekolahan lainnya adalah meliputi; Komponen
Kesejahteraan Personel terdiri dari;
a) Gaji/honor, b) Tunjangan, c)
Kesra, d) Transport, e) Seragam, f) Kelebihan jam mengajar/kerja, g)
THR, h) Dana Sosial, i) Insentif atas prestasi. Komponen Pengembangan
Personel terdiri dari; a) Kegiatan lokakarya, b) Seminar, c) Magang, d)
Pelatihan-pelatihan, e) Penataran-penataran. Komponen Penunjang KBM
terdiri dari; a) Pensil, b) Pulpen, c) Berbagai Jenis Tinta, d) Berbagai
Jenis Penghapus, e) Berbagai Jenis Buku, f) Berbagai Jenis Kertas, g)
Berbagai Jenis Penggaris, h) Berbagai Jenis Amplop, i) Berbagai Jenis
Spidol, j) Stepler. Komponen Pemeliharaan dan Penggantian terdiri dari;
a) Penyediaan Alat dan Bahan Kebersihan, b) Pengecatan Tembok Gedung dan
Pagar, c) Penggantian Genteng yang Rusak, d) Pemeliharaan Mebel, e)
Pemeliharaan Kelas, f) Pemeliharaa Kelas, g) Pemeliharaan Kantor, h)
PemeliharaanHalaman, i) Pemeliharaan Alat Pelajaran. Komponen Daya dan
Jasa terdiri dari; a) Langgana Telepon, b) Listrik, c) Air, d) Koran, e)
Gas. Komponen Pembinaan Kesiswaan terdiri dari; a) Pramuka, b) PMR, c)
UKS, d) Prestasi Olah raga, e) Prestasi Kesenian, f) Lomba Cerdas
Cermat, g) Perpisahan kelas terakhir, h) Kegiatan Keagaaan, i) Majalah
Dinding, j) Buletin Madrasah, k) lain-lain. Komponen Rumah Tangga
Madrasah (Overhead) terdiri dari; a) Rapat Intern Sekolah, b) Rapat
Tingkat Kecamatan, c) Rapat Tingkat Kabupaten, d) Overhead Pembinaan
oleh Depag/Diknas, e) Overhead Tamu LSM, f) Overhead Tamu Wartawan, g)
Menjamu Tamu dan Aparat Pemerintah, h) Overhead Tamu Lainnya, i)
Penyusunan dan Pelaporan.
Beberapa rekomendasi yang perlu menjadi
perhatian, yaitu: 1) Biaya minimal untuk setiap komponen pembiayaan
operasional madrasah memiliki kesenjangan yang tinggi dan bervariasi
untuk setiap propinsi, dan konsekuensinya prosentase kesenjangan itu
harus dapat dipenuhi. Pemerintah dapat melakukan bermacam cara untuk
membantu madrasah diantaranya dengan bentuk bantuan langsung berupa
biaya kegiatan madrasah atau bentuk pembantuan dalam melibatkan
masyarakat melalaui stimulasi kepada komite madrasah; 2) Untuk
mengetahui kebenaran dari biaya operasional maksimal yang diperlukan
dalam penyelenggaraan madrasah, perlu dilakukan studi yang secara khusus
menggali sisi maksimal kebutuhan pembiayaan madrasah dengan pola
pelibatan madrasah dalam pelatihan dan penyusunan rencana anggaran
belanja madrasah; 3) Besar kecilnya biaya satuan minimal dan maksimal
(menurut pengakuan pada kepala madrasah/responden) pada MIS dan MTsS di
masing-masing daerah, belum mencerminkan kebutuhan biaya minimal dan
maksimal yang sesungguhnya yang dianggap oleh tim studi merupakan
komponen yang memicu aktivitas yang harus dibiayai secara ideal pada
madrasah, pada kenyataannya oleh para pengelola madrasah dianggap
kompoen yang di sinyalir hanya berlaku untuk madrasah/sekolah negeri.
Sehingga, komponen minimal dan maksimal yang harus dibiayai tidak
dianggap sebagai yang harus dibiayai oleh madrasah swasta. Sekalipun
komponen itu ada dan dilakukan madrasah swasta, pembiayaannya hanya
mengandalkan sumbangan, infak, atau keikhlasan pribadi personil untuk
melaksanakan aktivitas tersebut; 4) Perubahan budaya keterlibatan
masyarakat dalam madrasah dari pola lama harus dirubah ke dalam pola
baru dimana masyarakat terlibat tidak hanya sekedar pada infak tentatif
akan tetapi sampai kepada infak yang bekelajutan; 5) Komponen-komponen
kritis yang ditemukan dari prosentase kesenjangan antara biaya minmal
dan maksimal dari sisi kebutuhan biaya harus menjadi perhatian dalam
pembiayaan pendidikan di madrasah. Sehingga apabila ada pola-pola
bantuan dari pemerintah baik yang berupa proyek maupun bantuan lainnya
mengutamakan komponen tersebut. Dengan demikian prioritas bantuan
pemerintah ditujukan kepada pemenuhan kebutuhan pembiayaan yang tidak
dapat dipenuhi pada komponen-komponen yang bersangkutan; 6) Untuk
memperkecil disparitas dari pembiayaan yang beragam, maka perlu
standarisasi minimal dalam pembiayaan yang meliputi komponen-komponen
tersebut dalam kesimpulan. Juga model dan proses pembiayaan yang
dilakukan mengacu kepada standar yang dikembangkan, contoh untuk kasus
madasah yang dalam pembiayaannya masih tergantung kepada sumber
perorangan ataupun yayasan dengan pola pengeluaran uang karena kebutuhan
mendesak; 7) Perhitungan satuan biaya operasional ninimal dan maksimal
untuk MIS dan MTsS di setiap wilayah, sebagaimana ditunjukan pada
tabel-tabel di atas,masih bersifat versi lapangan (kepala
madrasah/responden). Untuk menghitung dan menganalisis biaya satuan
yang benar-benar ideal, diperlukan proses analisis dengan
mempertimbangkan bukan hanya sekedar pengakuan dan harapan pengelola
madrasah, namun harus pula mempertimbangkan karakteristik politik,
sosial ekonomi masyarakat daerah (PDRB, daya beli/pendapatan per kapita
masyarakat, laju inflasi, dan pertimbangan para ahli. Dengan demikian,
diperlukan pengkajian yang mendalam tentang model-model pengelolaan
pembiayaan madrasah yang sesuai dengan karakteristik dan tipologi
masyarakat dimana madrasah itu berada.
Analisa Biaya Satuan Pendidikan di MTS
Written By Unknown on Selasa, 21 Mei 2013 | 10.01
Terima Kasih Telah Membaca Artikel Analisa Biaya Satuan Pendidikan di MTS.
Silahkan Klik Tombol Like Atau Share Untuk Berbagi Artikel Ini Atau Silahkan Di Copy Link
https://mtsm-sungaibatang.blogspot.com/2013/05/analisa-biaya-satuan-pendidikan-di-mts.html
Terima Kasih.
Label:
Berita
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !