Website Resmi MTs Muhammadiyah Sungai Batang
Headlines News :
Selamat Datang di MTs Muhammadiyah Sungai Batang | Jl Lingkar Maninjau Km 5.5 Muaro Pauah Sungai Batang 26472 | Kritik, Saran dan Masukan Silahkan Dikirimkan ke email : info@mtsm-sungaibatang.com

Latest Post

Pendidikan Dalam Keluarga

Written By Unknown on Senin, 20 Mei 2013 | 12.20

Pendidikan dalam Keluarga adalah tanggungjawab orang tua, dengan peran Ibu lebih banyak. Karena Ayah biasanya pergi bekerja dan kurang ada di rumah, maka hubungan Ibu dan anak lebih menonjol. Meskipun peran Ayah juga amat penting, terutama sebagai tauladan dan pemberi pedoman. Kalau anak sudah mendekat dewasa peran Ayah sebagai penasehat juga penting, karena dapat memberikan aspek berbeda dari yang diberikan Ibu. Oleh karena hubungan Ayah dan anak terbatas waktunya, terutama di hari kerja, maka Ayah harus mengusahakan agar pada hari libur memberikan waktu lebih banyak untuk bersama dengan anak.
Jika penghasilan keluarga tergantung pada penghasilan Ayah yang kurang memadai untuk kehidupan keluarga dapat menimbulkan persoalan pendidikan yang tidak sedikit. Ada pendapat berbeda tentang pendidikan dalam keluarga, yaitu tentang pemberian kebebasan kepada anak. Ada yang berpendapat bahwa sebaiknya sejak permulaan diberikan kebebasan maksimal kepada anak. Dalam hal ini faktor pendidikan kepada anak sudah berakhir sebelum anak itu dewasa. Dalam kenyataan terbukti bahwa keluarga yang menerapkan pendidikan keluarga dapat menghasilkan pribadi-pribadi anak yang menjadi baik. Pendidikan dalam Keluarga dapat memberikan pengaruh besar terhadap karakter anak. Sebab itu kunci utama untuk menjadikan pribadi anak menjadi baik yang terutama terletak dalam pendidikan dalam keluarga.
Dan karakter yang ditumbuhkan adalah faktor yang amat penting dalam kepribadian anak, karena banyak mempengaruhi prestasi dalam berbagai bidang. Ilmu pengetahuan dan kemampuan teknik adalah penting untuk pencapaian keberhasilan, tetapi tidak akan mampu mencapai hasil maksimal kalau tidak disertai karakter. Hal itu terutama karena pada waktu ini faktor karakter kurang menjadi perhatian dalam penyelenggaraan pendidikan. Ini semua harus menjadi salah satu hasil penting usaha pendidikan, baik pendidikan dalam keluarga, pendidikan sekolah maupun pendidikan dalam masyarakat. Akan tetapi karena pendidikan pada anak paling dulu dilmulai dalam pendidikan dalam keluarga, maka pendidikan dalam keluarga yang seharusnya memberikan dasar yang kemudian diperkuat dan dilengkapi dalam pendidikan sekolah dan pendidikan dalam masyarakat.
Akhirnya memang tergantung pada para orang tua sendiri apakah pedoman itu dilaksanakan atau tidak. Akan tetapi karena secara alamiah orang tua ingin anaknya menjadi baik dan sukses, maka banyak kemungkinan orang tua akan berusaha menerapkan pedoman itu dalam hidup mereka.

Menelusuri Jejak Hamka di Maninjau

Written By Unknown on Rabu, 15 Mei 2013 | 13.24

Siapa yang pernah menyinggahi Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, tentu tak pernah melupakan panorama indah danau berair biru itu. Pemandangan Danau Maninjau dapat disaksikan dari jalan Kelok Ampek Puluah Ampek. Bak lukisan, keindahan alam ciptaan Tuhan itu memberi banyak inspirasi bagi orang-orang yang pernah lahir dan besar di negeri itu.
Indah dan menakjubkan! Itulah kesan pertama saya ketika berkesempatan menyinggahi Maninjau dalam perjalanan menuju Tanah Sirah, Nagari Sungai Batang, kampung kelahiran ulama besar Ranah Minang, Buya Hamka. Jalan berkelok-kelok, bukit yang menghijau, hamparan sawah dengan padi yang menguning, pedati dengan anak-anak yang tergelak gembira di atasnya, menciptakan senandung alam yang sangat melankolis. Sungguh, Maninjau sebuah negeri wisata yang menarik minat banyak wisatawan, baik domestik maupun mancanegara untuk datang ke sana.
Dalam buku Kenang-kenangan 70 tahun Buya Hamka, ulama pejuang itu menulis; “Saya sangat terkesan pada desa kelahiran saya. Saya sudah sering keliling dunia, tapi rasanya tidak ada pemandangan yang seindah Maninjau. Desa itu pun mempunyai arti penting bagi hidup saya. Begitu indahnya seakan-akan mengundang kita untuk melihat alam yang ada dibalik pemandangan itu…”
Keindahan alam Maninjau itu pula, sempat menggerakkan tangan mantan Presiden RI Ir. Soekarno, menulis sebait pantun, “Jika adik memakan pinang, makanlah dengan sirih hijau, jika adik datang ke Minang, jangan lupa singgah ke Maninjau…”
Pantun Soekarno itu terketik rapi pada selembar kertas putih berbingkai yang digantung pada dinding ruang tengah Museum Rumah Kelahiran Buya Hamka di Kampung Tanah Sirah, Nagari Sungai Batang, Maninjau. Tulisan itu berjudul “Kenang-kenangan Hidup”. Bung Karno berucap, “Maninjau yang indah permai”. Dengan danaunya yang dahsyat, dengan sawahnya bersusun, dengan jalannya berkelok, terlukis dalam sanubari Bung Karno sebagai negerinya sendiri.
Nagari Sungai Batang memang terletak di tepi Danau Maninjau. Danau yang dikelilingi bukit Barisan itu, laksana telaga biru yang sangat indah dipandang mata. Dari jalan Kelok 44 (Minang: Kelok Ampek Puluah Ampek), secara utuh panorama keindahan alam Danau Maninjau bak lukisan itu dapat dinikmati. Tak ada yang tak takjub menyaksikan ke-Mahabesaran Tuhan itu.
Meski kampung itu bernama Sungai Batang, namun Batang bukanlah nama sebuah sungai. Tak ada sungai besar di Maninjau. Danau Maninjau, konon menurut tetua-tetua setempat, dibentuk oleh letusan Gunung Api Sitinjau yang berada di tengah-tengah danau yang meletus sekitar 700 tahun silam. Gunung api itu kini tak tampak lagi karena telah meletus dan membentuk kawah besar. Itulah asal usul Danau Maninjau. Ketika cuaca berobah, air danau sering ikut berobah, kadang berwarna putih susu, hitam, kuning dan biru. Kadang penduduk sekitar mencium aroma belerang yang dibawa angin dari danau.
Nagari Sungai Batang hanya memiliki luas 17,38 km² dengan batas-batas, sebelah Utara Danau Maninjau dan Batang Maninjau, sebelah Timur Kecamatan Matur dan Malak, sebelah Selatan Nagari Tanjung Sani dan sebelah Barat Danau Maninjau. Masyarakat sekitar Danau Maninjau, di Sungai Batang khususnya, mayoritas bermata pencaharian sebagai petani, pedagang dan keramba ikan. Ikan danau namanya Bada (semacam ikan bilih), namun masyarakat umumnya beternak ikan Nila dan Gurami yang mereka panen sekali 3 bulan.
Sekarang, suasana di Sungai Batang telah tersentuh modernisasi. Jalan-jalan kampung telah beraspal hotmix, penerangan telah masuk, begitu pula alat-alat telekomunikasi telah dimanfaatkan mayoritas masyarakat di Sungai Batang.
Yang menarik, bangunan-bangunan rumah penduduk di Sungai Batang masih mempertahankan arsitektur rumah-rumah lama layaknya zaman Belanda. Rumah-rumah yang unik dan bernilai khas. Pintu rumah yang lebar dan tinggi, ukiran-ukiran dinding yang indah, berlantai dua, ada yang beton ada pula yang terbuat dari kayu papan. Semuanya tampak kokoh meski ketuaan usia nyaris menghilangkan nilai sejarahnya.
Dengan dipugarnya rumah Buya Hamka menjadi Museum Kelahiran Buya Hamka yang diresmikan pada tanggal 11 November 2001, bagi masyarakat sekitar membawa berkah tersendiri. Museum itu pun nyaris tak pernah sepi setiap hari dari berbagai kunjungan, terutama wisatawan asal Malaysia. Dampaknya pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar pun hidup. Ada masyarakat yang membuka warung, menjual makanan dan minuman, seouvenir, bahkan menjual buku-buku karangan Buya Hamka.
Azizah Rusli (65), yang masih kemenakan Buya Hamka, melakoni aktivitasnya sebagai penjual buku-buku hasil karangan Buya Hamka, tepat di ruang depan rumahnya yang berhadapan dengan museum Buya Hamka. Meski tak seluruhnya buku-buku Buya Hamka ia jual, namun profesi yang ia geluti sejak tahun 2002 itu setidaknya membantu dirinya dan keluarga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Alhamdulillah, keuntungannya lumayan karena yang beli umumnya turis asing khususnya dari Malaysia. Mereka banyak yang ingin mengetahui lebih dalam tentang karya-karya Buya Hamka,” kata Azizah Rusli yang mengaku mendapatkan buku-buku itu dari salah satu penerbit besar di Jakarta.
Beberapa buku yang dipajang Azizah Rusli pada sebuah etalase berukuran sedang di rumahnya, diantaranya berjudul Tasawuf Modern, Tafsir Al Azhar, Di Bawah Lindungan Ka’bah, Falsafah Idiologi Islam, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk, Dilamun Ombak Masyarakat, Islam dan Demokrasi, Revolusi Adat, Revolusi Islam, dan beberapa judul lainnya. Buku-buku yang dijual Azizah Rusli itu pun berharga variasi, mulai harga Rp40.000,-an hingga ratusan ribu, seperti Tafsir Al Azhar yang berjumlah beberapa jilid.
Karena masih ada hubungan kekeluargaan, Azizah Rusli memandang Buya Hamka sebagai sosok ulama yang cukup berwibawa di kampungnya. Hamka juga seorang yang lembut, penyabar, meski di masa kecil Hamka dikenal banyak orang di kampungnya sebagai anak yang nakal. Setelah ia menjadi ulama, ilmu ayahnya, Inyiak DR. Abdul Karim Amrullah yang juga seorang ulama besar di Maninjau, seolah diwarisi utuh oleh Hamka.
“Buya Hamka memang jarang pulang ke kampung. Ia lebih banyak diluar, namun orang kampung banyak menghormatinya,” kenang Azizah Rusli.
Warisan Hamka
Hanif Rasyid Khatib Rajo Endah (70), pengelola Museum Rumah Kelahiran Buya Hamka yang juga anak kandung Buya Sutan Mansur (guru pertama Buya Hamka) dengan Umi Fatimah Karim (kakak kandung Buya Hamka), adalah pengagum sosok Buya Hamka. Sejak rumah kelahiran Buya Hamka dipugar, Hanif Rasyid bersama kemenakannya Akhyar Saputra (35) setia menerima berbagai tamu yang datang menziarahi rumah kelahiran Buya Hamka.
Di rumah Buya Hamka yang sederhana itu, puluhan foto-foto kenangan terpajang di dinding-dinding hampir setiap sudut ruangan, ratusan buku, majalah dan arsip-arsip tentang Buya Hamka tersimpan rapi dalam almari kaca. Di ruang tengah rumah itu juga masih menyimpan kursi tua peninggalan orang tua Hamka Inyiak DR, tongkat Buya Hamka (8 buah), baju wisuda ketika Buya Hamka menerima anugerah Doktor Honoris Causa dari Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM) dan sebuah koper tua ketika Buya Hamka pertama kali berangkat haji ke tanah suci.
Di ruang kamar, sebuah tempat tidur dengan kain kelambu berwarna putih masih terlihat kokoh. Di atas kasur tempat tidur itu ada sebuah kertas yang bertuliskan “tempat tidur DR. H. Abdul Karim Amrullah”. Tempat tidur itu dibatasi oleh sebuah tali dengan papan pengumuman di atasnya, “dilarang melewati lintasan”. Artinya, tempat tidur Buya Hamka yang juga tempat pertama kali ia dilahirkan hanya bisa dilihat saja dan tidak boleh disentuh. “Kalau tersentuh, khawatir akan rusak karena tempat tidur itu sudah berusia tua,” kata Hanif Rasyid.
Setiap tahunnya wisatawan yang berkunjung ke Museum Kelahiran Buya Hamka mencapai 6.000-an orang. Rumah kelahiran Buya Hamka itu dibuka dari pukul 8.00 WIB hingga pukul 15.00 WIB. “Namun jika kunjungan banyak sampai sore hari, kami tetap melayani agar tamu tidak kecewa,” kata Hanif Rasyid.
Setiap kali pengunjung yang datang ke Museum Rumah Kelahiran Buya Hamka, Hanif Rasyid selalu berdakwah memberi wejangan, yang tidak lain adalah pesan-pesan Buya Hamka kepada umat. “Buya Hamka meninggalkan empat pesan yang sangat menyentuh bagi orang-orang yang beriman,” kata Hanif Rasyid.
Keempat pesan itu, pertama, orang yang pintar adalah orang yang merasa bodoh. Kedua, orang yang bisa berhubungan dengan yang Maha Suci adalah orang yang mensucikan diri. Ketiga, orang yang berbahagia adalah orang yang tahu kampung halamannya. Dan keempat, ketika rumahku diketuk oleh kemiskinan, aku buka jendela dan aku melompat keluar. “Pesan-pesanya ini sangat menggugah dan merupakan bekal akhirat bagi umat yang paham jalan hidupnya di dunia,” ujar Hanif Rasyid.
Tentang Hamka
Hamka adalah nama kependekan ulama besar Indonesia, Haji Abdul Malik Karim Amrullah. Ia dilahirkan di Tanah Sirah Nagari Sungai Batang Maninjau Pada Tanggal 13 Muharram 1326 Hijriyah bertepatan tanggal 16 Februari 1908 dari pasangan DR. Abdul Karim Amrullah dan Syafiyah.
Buya Hamka dalam memoarnya mengatakan, “Ayahku menaruh harapan atas kelahiranku agar aku kelak menjadi orang alim pula seperti ayahnya, neneknya dan nenek-neneknya terdahulu”. Ketika Hamka lahir, ayahnya mengatakan kepada neneknya bahwa dia akan dikirim ke Mesir agar menjadi ulama kelak setelah berusia sepuluh tahun.
Sepanjang hidupnya Buya Hamka tak henti-hentinya menulis dan berpidato. Profesinya itu telah menghasilkan lebih dari 100 buah buku, ratusan makalah, essay dan artikel yang tersebar dalam berbagai media massa. Buya Hamka membangun reputasinya sebagai pengarang yang menulis berbagai hal. Ia juga seorang wartawan dan editor di berbagai majalah, di samping itu menulis cerita pendek dan novel romantis di masa-masa sebelum perang.
Hamka adalah satu di antara pengarang terpintar diluar kalangan kesusasteraan yang resmi seperti ditulis oleh Prof. A Teeaw. Dikatakan demikian karena Hamka tidak bisa dimasukkan sebagai pengarang Angkatan Balai Pustaka. Karya Hamka mulanya muncul dalam majalah Islam, Pedoman Masyarakat dan cerita bersambung. Karena itu ia dapat disebut sastrawan “berhaluan Islam” dan menjadikan kesusateraan sebagai alat dakwah.
Dalam usia 16 tahun Hamka telah merantau ke Jawa. Alasannya karena kakak perempuannya, Fatimah Karim Amrullah, ikut suaminya Buya A.R. St. Mansyur berdagang batik di Pekalongan. Di sini, ia benar-benar menunjukkan minat belajar yang dipimpin oleh adik ayahnya, Jafar Amrullah yang menuntut ilmu di Jogya.
Dasar-dasar pengetahuan agama yang telah diperoleh di kampung, dimanfaatkan Hamka untuk memahami ceramah-ceramah Ki Bagus Hadikusumo tentang tafsir Alquran di Kampung Kauman, Yogyakarta.
Di samping itu, Hamka mengikuti kursus politik yag diberikan oleh tokoh-tokoh Serikat Islam, seperti H.O.S. Tjokroaminoto. Sehingga ia dapat memahami gagasan-gagasan sosialisme dalam masyarakat Islam. Dengan R.M. Suryo Pranoto ia mendapatkan pelajaran sosiologi dan dengan H. Fakhruddin, Ketua Muhammadiyah yang juga menjadi bendaharawan SI ketika itu, ia mendapatkan wawasan keislaman yang lebih baik dari apa yang diperolehnya di kampung. Ketika itu, komunis sedang menyebarkan pahamnya di Minangkabau, sehingga ia mudah dapat mengetahui perobahan-perobahan politik yang sedang terjadi.
Dia menyaksikan tumbuhnya pertentangan-pertentangan antara golongan Islam, Marxis, dan Nasionalis Sekuler dan telah menetapkan arahnya sendiri dengan hanya berjuang atas dasar keislaman. Dengan bekal itu ia berangkat ke Pekalongan belajar tentang Tauhid dan keislaman lebih mendalam, sehingga tumbuhlah pribadi muslim yang kuat pada dirinya.
Sebagai sastrawan, dalam karyanya Buya Hamka banyak memberikan kritik terhadap pelaksanaan adat Minangkabau yang tidak sesuai dengan agama. Beberapa di antara karya sastranya adalah, Si Sabariah (roman yang dicetak dengan huruf arab berbahasa Minangkabau), Laila Majnun, Di Bawah Lindungan Ka’bah, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk, Merantau ke Deli, Mati Mengandung Malu (terjemahan dari Manfaluthi), Terusir, Margaretha Gauthier, Tuan Direktur, Dijemput Mamaknya, Menunggu Bedug Berbunyi, Mandi Cahaya di Tanah Suci, Empat Bulan di Amerika, Mengembara di Lembah Nil dan Di Tepi Sungai Dajlah Lam.
Buya Hamka, di Sungai Batang kampung halamannya, adalah sosok yang biasa-biasa saja bagi masyarakat sekitar. Namun semua orang tahu, bahwa Buya Hamka besar di rantau karena pemikirannya yang ingin maju dan berontak dari kemiskinan, mengkritisi adat yang kaku dan polemik keagamaan yang ketika itu menjadi konsumen publik yang sedang mencari jati diri hidup di zaman usai kemerdekaan.
Segi yang amat menarik tentang Buya Hamka, baik di kampung halamannya maupun di rantau, ialah kepribadian dan gaya hidupnya. Beliau ramah, rendah hati, murah senyum dan menyenangkan dalam percakapan perjamuan. Semua orang mengakui. Dan, bergaul dengan Hamka adalah suatu pengalaman yang sangat mengesankan. Tidak sedikitpun terasa ketinggian hati atau keangkuhan. Wajah Hamka yang teduh, seteduh dan sedamai kampung halamannya, Maninjau yang permai.
Oleh: Muhammad Subhan

Zakat Untuk Biaya Sekolah

Written By Unknown on Senin, 13 Mei 2013 | 11.48

Ibnu Taimiyah pernah ditanya tentang orang yang tidak memiliki sesuatu untuk membeli buku-buku agar dirinya disibukan dengannya (buku-buku tersebut). Dia menjawab,”Untuk itu diperbolehkan mengambilnya dari zakat sesuai kebutuhannya berupa buku-buku ilmu pengetahuan yang membawa manfaat bagi agama dan dunianya.”
Al Bahuti berkata,”Mudah-mudahan hal demikian tidak keluar dari asnaf (golongan-golongan penerima zakat) karena hal itu termasuk dalam segala sesuatu yang dibutuhkan seorang pencari ilmu dan ia bagaikan nafkah baginya.”
Sebagian fuqaha ada yang hanya mengkhususkan pemberian zakat hanya kepada para penuntut ilmu syar’i saja. Dan para ulama Hanafi menegaskan bolehnya pemindahan zakat dari suatu negeri ke negeri lainnya untuk para penuntut ilmu. (al Muasu’ah al Fiqhiyah juz II hal 10254 – 10255)
Disebutkan pula bahwa orang yang memiliki kesanggupan mendapatkan penghasilan namun disibukkan oleh menuntut ilmu syar’i maka tidak ada halangan untuk diberikan zakat kepadanya karena menuntut ilmu adalah fardhu kifayah berbeda dengan orang yang memfokuskan dirinya untuk beribadah. Sebagian ulama Syafi’i mensyaratkan orang yang menuntut ilmu itu harus tergolong orang yang cerdas yang diharapkan dengan kecerdasannya bisa bermanfaat bagi kaum muslimin. (Juz II hal 8256)
Biaya masuk perguruan tinggi juga termasuk pada pembiayaan studi anak tersebut agar bisa kuliah dan menyelesaikan studinya di suatu perguruan tinggi. Dan pada dasarnya ia tidaklah termasuk kebutuhan dasar yang bisa diberikan zakat kepadanya. Ia menjadi kewajiban orang tuanya jika ia memiliki kelapangan rezeki dan kesanggupan untuk membayarkannya.
Akan tetapi jika orang tuanya tidak memiliki kesanggupan untuk itu maka zakat bisa diberikan kepadanya dengan persyaratan :
  1. Ilmu yang dipelajarinya tergolong dalam ilmu-ilmu syar’i (agama).
  2. Jika ia bukan tergolong ilmu-ilmu syar’i akan tetapi ilmu-ilmu dunia, seperti : kedokteran, teknik atau sejenisnya maka zakat bisa diberikan kepadanya jika ia tergolong fakir. Diantara makna fakir adalah tidak memiliki penghasilan sama sekali atau memilikinya akan tetapi tidak mencukupinya.
  3. Anak yang akan kuliah tersebut tergolong anak yang cerdas yang diharapkan bisa menyelesaikan perkuliahannya dan memberikan manfaat dengan ilmunya kepada kaum muslimin.

Sejarah Kebudayaan Islam

Written By Unknown on Rabu, 08 Mei 2013 | 11.12


MATERI PERSIAPAN UAM MTs

1. Manfaat dan tujuan mempelajari SKI :Untuk mengetahui masalah kehidupan umat manusia yang berkaitan dengan hukum Islam.
2. Menentukan contoh bentuk/wujud SKI :
1. Sistim politik.
Meliputi : Hukum Islam,Khilafah,Kementerian dan adminstrasi,Keuangan.
2. Sistim kemasyarakatan.Terbagi dalam kelompok :
a.Kelompok Penguasa
b. Kelompok tokoh agama
c. Kelompok militer
d. Kelompok cendikiawan
e. Kelompok pekerja dan budak
f. Kelompok petani
3. Ilmu Pengetahuan
3. Menentukan misi Nabi Muhammad SAW sebagai Rahmat bagi alam semesta :
4. Menentukan ibrah dari misi Nabi Muhammad SAW sebagai rahmat bagi alam semesta :
Sifat-sifat yang dimiliki Nabi :
a. Sifat Sidiq ( selalu membenarkan.
b. Amanah( dapat dipercaya ).
c. Fathonah ( cerdas ).
d. Tabligh ( berani menyampaikan)
Membawa agama tauhid .pada mulanya ,dakwah Nabi Muhammad saw dilakukan secara sembunyi.Sasaran dakwah terbatas pada orang-orang dekat di sekitar beliau.Selanjutnnya Nabi Muhammad saw ,berdakwah secara terbuka setelah beliau menerima wahyu al Hijr ayat 94.
5. Menentukan contoh keteladanan dari perjuangan Nabi Muhammad dalam menghadapi masyarakat Mekkah :
a. Menampilkan sikap terpuji dan mempunyai sifat sidiq amanh,tabligh , fathonah
b. Menyebarkan misi dan mencari pendukung awal dari dari orang2 terdekat.
c. Beerakwah secara terbuka pada saat kedudukan makin menguat.
d. Melakukan hijrah untuk menyusun kekuatan.
e. Menyandarkan untuk keberhasilan pada Allah SWT.
6. Menentukan contoh perjuangan para sahabat dalam menghadapi masyarakat Mekkah :
7. Menentukan respon masyarakat Madinah dengan datangnya Nabi dan para sahabatnya :Disambut dengan baik,Nabi Muhammad memberikan gelar kepada Masyarakat Islam Madinah dg sebutan Kaum Anshor( penolong )
8. Menentukan keberhasilan Nabi SAW dalam membangun perekonomian :
9. Menentukan Ibrah dari misi Nabi Muhammad SAW dalam membangun masyarakat melalui kegiatan berwirausaha :
10. Menentukan contoh cara berwirausaha yang sesuai dengan yang dilakukan Nabi Muhammad SAW :
11. Menunjukkan sikap Nabi SAW yang tidak memihak di Madinah :
12. Menentukan prestasi yang dicapai oleh Khulafaurrosidin :
1. Masa Kholifah Abu Bakar as Shidiq:
a. Memerangi kaum murtad
b. Koodifikasi Al-Qur’an
c. Perluasan Wilayah Islam
2. Masa Kholifah Umar bin Khattab:
a. Perluasan wilayah
b. Menata administrasi dan keuangan pemerintahan
c. Penetapan kalender Hijriah
3. Masa Kholifah Usman bin Affan :
a. Kodifikasi Mushaf Al-Qur’an
b. Renovasi Masjid nabawi
c. Pembentukan angkatan laut
d. Perluasan wilayah
4. Kholifah Ali bin Abi Thalib:
a. Mengganti pejabat yg kurang cakap
b. Membenahi keuangan negara
c. Memajukan ilmu bahasa
d. Bidang pembangunan
13. Menentukan ibrah yang dapat dipetik dari Khulafaurrosyidin : merupakan sosok pemimpin
a. Abu Bakar yg tegas dan teguh memegang kebenaran. Membrantas suatu gerakan yg menyalahi islam,tanpa member kesempatan itu berkembang.
b. Kholifah Umar bin Khottob pemimpin yg meletakkan dasar-dasar demokrasi islam. Beliau memperhatikan dan mengutamakan kepentingan rakyat
c. Kholifah Usman bin Affan pemimpin yg lemah lembut dan sangat memperhatikan kepentingan rakyat. Lebih suka mengadakan pendekatan persuasive jika terjadi gejolak.
d. Kholifah Ali bin Abi Thalib, pemimpin yg disiplin,tegas dank keras dalam kebenaran. Dalam kondisi tertentu Ali bin Abi Thalib mengutamakan kebenaran yg diyakini dari pada persatuan. Sangat menjunjung tinggi keputusan yg sudah menjadi keputusan bersama.
14. Menunjukkan proses berdirinya daulah bani Umayah .
Dinasti Umayah Memegang keuasaan selama 90 th. Bani berarti anak cucu,Dinasti berarti : keturunan raja-raja, Daulah berarti : Kekuasaaan .
Dinasti Umayah adalah Keturunan raja-raja yang memerintah yang berasal dari Bani Umayah .
Mu’awiyah bin Abu Sufyan adalah putra dari Abu Sufyan bin Harb, ia masuk islam bersama ayahnya saat terjadi Fathul Makkah. Masa Abu Bakar as Shiddiq, Muawiyah bin Abi Sufyan memimpin tentara Islam menumpas kaum murtad dalam perang Riddah.
Peristiwa terbunuhnya USman bin Affan menyebabkan terjadinya perselisihan antara Muawiyah bin Abi Sufyan dan Ali bin Abi Thalib akhirnya pecah perang Shiffin.Perang tersebut diakhiri dg Tahkim,yg menyebabkan kelompok Ali bin ABi Thalib pecah menjadi 2: kelompok howarij dan kelompok Syi’ah. Ali bin ABi Thalib dibunuh oleh Ibnu Muljam dari kelompok Khowarij.
Pemerintahan dilanjutkan putra Ali bernama Hasan bin Ali yag berlangsung hanya bbrpa bulan.
Peristiwa penyeerahan kekuasaan dai hasan bin Ali dg Mu’awiyah dikenal dg Amul Jama’ah atau tahun penyatuan terjadi th 661 M. mulai saat itu pemerintahan Islam dipegang oleh Muawiyah kemudian dipindahkan dari Madinah ke Damaskus(Suriah ).
15. Menentukan perkembangan kebudayaan / perdaban Islam bidang Ipoleksosbud pada masa dinasti Umayah yeng terkenal :
16. Menentukan ibrah dari perkembangan kebudayaan / peradaban islam pada penguasa dinasti bani Umayah yang terkenal :
17. Menentkan keterkaitan berpola hidup sederhana dengan keberhasilan pemimpin :
18. Menentukan berdirinya dinasti Bani Abbasiyah :
19. Menentukan tokoh ilmuwan muslim dalam kemajuan kebudayaan / peradaban Islam bidang Ilmu Agama masa Bani Abbasiyah :
20. Menentukan tokoh ilmuan muslim dalam kemajuan kebudayaan/kebudayaan Ilsam bidang Ilmu Umum pada masaBani Abbasiyah :
21. Menentukan Ibrah dari perkembangan kebudayaan/peradaban islam pada masa kepemimpinan Abu Jakfar Al Mansur :
22. Menentukan keterkaitan perkembangan kebudayaan / peradaban Islam pada masa kepemimpinan Abu Abbas Assayafah dengan sekarang :
23. Menentukan keterkaitan perkembangan kebudayaan/ perdaban Islam pada masa kepemimpinan Harun AL Rasyid dengan sekarang:
24. Menentukan keterkaitan perkembangan kebudayaan Islam pada masa Al makmun dengan sekarang :
25. Menentukan contoh ketekunan dan kegigihan penguasa dinasti bani Abbasiyah :
26. Menentukan pendiri dinasti al Ayyubiyah :Sholahudin yusuf Al Ayyubi
27. Menunjukkan perkembangan kebudayaan / peradaban Islam bidang sosial budaya pada masa sholahudin Al Ayubi :
28. Menunjukkan perkembangan/peradaban Islam bidang keagamaan pada masa Sholahudin Al Ayyubi :
29. Menentukan tokoh ilmuwan muslim bidang hadits dan perannya dalam kemajuan kebudayaan / peradaban islam pada masa Dinasti Al Ayubiyah :
30. Menentukan tokoh ilmuwan muslim bidang sejarah dan perannya dalam kemajuan kebudayaan Islam masa Dinasti Al Ayyubiyah :
31. Menentukan ibrah dari perkembangan kebudayaan islam pada masa Sholahudin Al Ayyubi :
32. Menentukan ibrah dari perkembangan kebudayaan Islam masa Al Kamil :
33. Menunjukkan keterkaitan perkembangan perkembangan kebudayaan Islam pada masa dinasti Al Ayyubiyah dengan perkembangan masa kini dan masa yang akan datang :
34. Menentukan contoh sikap keperwiraan Sholahudin Al Ayyubi :
35. Menentukan contoh ketegasan Sholahudin Al Ayyubi dalam menciptakan aparatur pemerintah bersih dan berwibawa :
36. Menentukan bukti masuknya Islam di Nusantara abad ke 11 – 13 :
a. Catatan perjalanan Marcopolo
Perjalanan k eke Sumatra barat,sempat singgah ke Kerajaan Samudra Pasai.
b. Berita ibnu Batutah.
37. Menentukan proses masuknya Islam di Nusantara melalui perdagangan :
Masuk islam melalui perdagangan abad 7-16 M. Para pedagang membentuk pemukiman yang disebut : PEKOJAN. Dari tempat ini mereka berinteraksi dan berasimilasi dg masyarakt seraya menyebarkan agama islam.
38. Menentukan penyebab perkembangan Islam di Nusantara :
39. Menentukan sejarah kerajaan samudra pasai:
40. Menentukann pendiri kerajaan Demak :
41. Menentukan penguasa kerajaan samudra pasai yang terkenal :
42. Menentukan pendiri kerajaan Demak :
43. Menentukan penguasa kerajaan Islam di Banten yang terkenal :
44. Menentukan peran antara Abdurrauf Sinkili dalam perkembangan Islam di Indoensia :
45. Menentukan peran M. Arsyad Al Banjari dalam perkembangan Islam di Indonesia :
46. Menunjukkan keteladanan dari Adurrauf Singkili dan M. Arsyad Al Banjari yang ada kesamaan dengan semangat para pelajar :
a. Abdurrauf singkil.
· Lahir dikota singkil Aceh ,nama aslinya Abdur Rauf al Fansuri. Org pertama yang mengembangkan tarekat Satariah di Indonesia. Ia menulis berbagai ilmu : tafsir,hadits,fiqih dan tasawuf.
· Tahun 1640 M berangkt k eke tanah Arab bertujuan memperlajari ilmu agama, ketika yg menjadi sultan aceh adalah Sultan Safiiatuddin Tajul Alam ( 1641-1675 ).
· Belajar Tarekat Syatariah pada Ahmad Qusasi (1583-1661 M) dan Ibrahim al Qur’ani. Ia memperoleh Ijazah untuk mengajarkan tarekat kepada orang lain.
· Abdurrauf singkil kembali ke Aceh mengembangkan Tarekat, bertujuan membangkitkan kesadaran terhadap keberadaan Alllah SWT dalam hati manusia. Hal ini dicapai dg dhikir pada Allah.
· Beberapa muridnya : Burhanudin Ulakan dari pariaman ,Sumatra Barat.
· Abdurrauf singkil menjadi Mufti kerajaan Aceh ketika diperintahkan Sultanah Tajul Alam. Ia berhasil menghapus ajaran Salik Buta merupakan tarekat sesat.
· Abdurrauf Singkil memiliki 12 karya tulis terdiri dari kiitab : tafsir,fiqih,tasawuf.
· Kitab tafsir yg berjudul Turjuman al mustafid ( terjemah pemberi faedah ). Merupakan kitab pertema yg dihasilan di Indonesia.
47. Menentukan tradisi lslam karya tulis dari kitab yang berkembang di Jawa :
48. Menentukan asal tradisi dan:Tafsir, contohnya :
a. Adat melayu contohnya :
· bayi lahir laki2 segera diadzhani dan diiqomahkan,bayi perempuan lidahnya ditetesi madu dengan menggunakan kain
· Acara aqiqah,bayi laki2 disembelihkan 2 ekor kambing,1 kambing untuk bayi peeremmpuan.
· Bayi usia 3 bulan diadakn upacara “ mengayun budak. Bayi perempuan ditelingannya disebut “ batindik”.
· Usia 7 tahun mengantarkan pada guru ngaji untuk bekajar Al Qur’an,bersilat dan menari Zapin.
· Acara sunatan dimeriahkan dg kesenian Gazal dan Langgam.
· Khitan merupakan tanda memasuki usia dewasa. Mereke memisahkan diri dg orang tua tidur disurau atau dimekah. Laki2 disbut Bujang, perempuan disebut Gadis.
b. Adat Minang
· Anak laki2 yg menginjak akil baligh segera dikhitan sekaligus untuk mengislamkan. Untuk anak perempuan yg masuk usia dewasa diadakan upacar “ Menata konde “(merias rambut) ketika sudah mendapat haid pertama.
c. Adat Bugis.
· Tari pergaulan. Dimainkan oleh laki2 dan perempuan. Kelompok penari laki2 dinamakan Pakarena Barekna. Kelompok penari perempuan Pakarena Baine.Tarian ini disajikan dalamberbagai upacara.
d. Adat Madura
· Sandur berarti nyayian rtual ,meniru suara gamelan dengan mulut, dan tata cara bersenandung menghibur diri
· Di Madura Barat ,khususnya Bangkalan ,sandur mempunyai arti pertunjukan teater komedi yg disebut Shalabadan, belakangan disebut Sandur Madura. Sandur mempunyai kemiripan dg ketoprak,ludruk dan teater Madura
e. Adat Sunda.
· Bayi laki2 diadzhankan dan diqomahkan, bayi perempuan cukup diiqomakan.
· Kedewasaan ditandai dg upacara Khitanan pada usia 7-8 th. Sebelum berkhitan berendam ,saat khitan mengenakan sarung. Tukang sunat ( Paraji Sunat ).
49. Menentukan kesesuain antara nama walisongo dengan kesenian dan adat istiadat yang dibuat :
50. Menentukan bentuk apresiasi terhadap tradisi dan upacara adat kesukuan Nusantara :

Manfaat Pelajaran Aqidah Akhlak Terhadap Siswa

Written By Unknown on Selasa, 07 Mei 2013 | 11.56

Aqidah dan akhlak adalah merupakan salah satu ajaran dari Agama Islam, bila ini tidak dikembangkankan ataupun diajarkan pada generasi muda maka tentu akan menjatuhkan dan melemahkan iman sehingga akan tercerminlah generasi yang tidak mempunyai moralitas. Namun sejahuh ini di lembaga pendidikan yang selalu mengajar dan mendidik genersasi muda, apakah hal ini telah diajarkan.... apabila sudah tentu akan membawa manfaat dan pengaruh kepada anak didik...
Pendidikan adalah suatu proses individu, kehidupan sosial, pewarisan kebudayaan dan sebagai pusat perubahan sosial. Dalam prosesnya, pendidikan melibatkan pendidik yang dilaksanakan di berbagai lingkungan pendidikan. Berkenaan dengan hal itu, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 menjelaskan bahwa: "Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab".
Tujuan pendidikan tersebut di atas sangat relevan dengan kondisi bangsa sekarang ini. Salah satunya adalah masalah moralitas bangsa yaitu mengenai sistem nilai bagaimana kita harus hidup secara baik sebagai manusia (Burhanuddin, 1997: 3). Dengan tujuan mengembangkan peserta didik agar berakhlak mulia, menjadi suatu harapan untuk dapat bangkit dari kemerosotan akhlak dan lunturnya nilai-nilai keagamaan. Hal tersebut sesuai dengan pandangan Ki Hajar Dewantara (dalam Ali Saepullah, H. A, 1982: 29-30) bahwa pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan perkembangan budi pekerti (kekuatan batin, karakter) pikiran dan tubuh anak.
Pendidikan dipandang juga sebagai salah satu aspek yang memiliki peranan pokok dalam membentuk generasi muda di masa mendatang. Pendidikan diharapkan dapat menghasilkan manusia yang berkualitas dan bertanggung jawab serta mampu mengantisipasi masa depan. Sedangkan pendidikan menurut Islam atau pendidikan Islami merupakan pendidikan yang dipahami dan dikembangkan dari ajaran dan nilai-nilai fundamental yang terkandung dalam sumber dasarnya yaitu Al-Qur'an dan As Sunnah (Muhaimin, 2001: 29).
Bagi umat Islam mempersiapkan generasi penerus yang berkualitas dan bertanggung jawab merupakan suatu keharusan dengan melalui pendidikan sebagaimana finnan Allah SWT dalam Al Qur'an Surat An-Nisa ayat 9 yang berbunyi:
Artinya: "Dan hendaklah takut kepada Allah SWT orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah SWT dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar" (Depag, 2000: 116).
Pendidikan akidah akhlak merupakan salah satu pelajaran yang diberikan mulai tingkat SD/MI sampai perguruan tinggi dan merupakan salah satu komponen yang tidak dapat dipisahkan dari mata pelajaran lainnya. Oleh karena itu mata pelajaran akidah akhlak merupakan mata pelajaran yang menempati kedudukan yang sangat sentral dalam pembentukan kepribadian siswa yang memiliki kepribadian yang baik. Baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakatnya. Hal ini mengandung indikasi bahwa proses pengajaran dari materi pelajaran akidah akhlak tidak hanya menyampaikan ilmu pengetahuan saja akan tetapi lebih dari itu merupakan transfer of value terhadap anaknya.
Menurut Zakiyah Daradjat (1996: 70-71), perkumpulan remaja sebagai lingkungan pendidikan memberikan peluang terhadap dorongan anak untuk mengembangkan diri atau ke arah berdiri sendiri. Salah satu upaya untuk mengembangkan budi pekerti dan karakter seseorang, maka diperlukan pengajaran akidah akhlak yang merupakan bagian dari pengajaran agama. Pengajaran akhlak meliputi nilai suatu perbuatan menurut ajaran agama dan berbagai hal yang langsung ikut mempengaruhi pembentukan sifat-sifat itu pada diri seseorang secara umum.
 
Secara umum ajaran agama telah menggambarkan contoh dan teladan baik dalam pelaksanaan akhlak, terutama tingkah laku yang diutus untuk membina dan menyempurnakan akhlak. Ajaran itu berisi materi pembentukan batin seseorang, sehingga melahirkan sifat-sifat baik dan terpuji yang dapat dilihat dari bentuk dan tingkah laku.
Dengan pengajaran akhlak akan terbentuk batin seseorang dan pembentukan itu dapat dilakukan dengan melatih dan membiasakan berbuat, mendorong, dan memberi sugesti agar mau dan senang berbuat, karena pada dasarnya seluruhnya nilai-nilai pengajaran agama bermuara pada nilai esensial yang berbentuk nilai pembersihan diri, nilai kesempurnaan akhlak dan nilai peningkatan taqwa kepada Allah SWT (Zakiyah Daradjat, 2001: 196).
Proses pendidikan di sekolah, merupakan kegiatan yang paling pokok, ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Dalam proses belajar mengajar, siswa akan dipengaruhi faktor yang berada dalam diri siswa maupun faktor di luar siswa. Adapun faktor yang ada di dalam diri siswa salah satunya adalah faktor minat, khususnya minat siswa dalam materi pelajaran akidah akhlak di sekolah mengandung indikasi terhadap suatu keberhasilan proses belajar mengajar dalam materi pelajaran akidah akhlak. Aspek afektif dalam pendidikan akidah akhlak salah satunya sikap atau perilaku yang dicerminkan dengan akhlak mereka sehari-hari. Tentunya dalam bentuk interaksi sosial mereka di masyarakat.
Oleh karena minat merupakan faktor keberhasilan tujuan pengajaran (Abu Ahmadi, 1991: 130). Maka minat akan membawa pengaruh terhadap akhlak mereka sehari-hari.
Minat sebagai salah satu aspek kepribadian individu perlu dikembangkan karena berhubungan dengan kesiapan mental individu yang mempunyai peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan belajar. Dalam kegiatan belajar mengajar keberadaan atau eksistensi minat sangat diperlukan adanya tinggi atau rendahnya minat siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar akan senantiasa menentukan intensitas kegiatan belajar mengajar itu sendiri. Ketika proses belajar mengajar berlangsung siswa yang senang memperhatikan terhadap pelajaran yang diajarkan kata siswa tersebut akan berusaha melaksanakan apa yang telah diterimanya dengan sebaik mungkin. Seperti dikatakan oleh Usman Efendi (1989: 122), bahwa belajar dengan minat akan lebih baik daripada belajar tanpa minat.
Sesuai pendapat di atas, Eddy Soewadi Kartawidjaja (1987: 185), mengemukakan bahwa perasaan senang akan menimbulkan sikap positif dan akan menumbuhkan minat. Sebaliknya perasaan tidak senang akan menumbuhkan sikap negatif dan tidak menumbuhkan minat.
Seperti telah diuraikan bahwa minat merupakan salah satu faktor keberhasilan tujuan pengajaran. Sedangkan inti dari tujuan materi peiajaran aqidah akhlak terbinannya akhlakul karimah. Dari uraian di atas, mengandung pertanyaan sejauhmana minat siswa dalam belajar materi peiajaran aqidah akhlak akan mempengaruhi akhlak mereka sehari-hari. Untuk mengetahui keterkaitan minat siswa dalam belajar materi pelajaran aqidah akhlak dengan akhlak mereka sehari-hari, maka terlebih dahulu penulis menetapkan indikator-indikator masing-masing.
Menurut Slameto (1995: 180) mengungkapkan bahwa minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh". Sedang menurut Marimba (1987: 79), "Minat dibatasi sebagai kecenderungan jiwa kepada sesuatu, karena itu merasa ada kepentingan dengan sesuatu itu, yang pada umumnya disertai dengan perasaan senang".
Suatu minat diekpresikan melalu suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa masyarakat lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Masyarakat yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek tersebut.
Dapat dipahami bahwa upaya mendorong orang lain, khususnya untuk mengikuti kegiatan belajar menjadi sangat penting. Dilihat dari subjeknya dalam dunia pendidikan, orang yang diberi tugas mendorong orang untuk belajar adalah orang tua, guru, dan orang dewasa pada umumnya. Kalau begitu posisi ketiga orang tersebut menjadi sangat penting untuk menumbuhkan kecenderungan anak agar mau melakukan kegiatan belajar.
Secara etimologi, kata akhlak berasal dari bahasa Arab bentuk jamak dari mufradnya khuluk, yang berarti "budi pekerti" (Rachmat Djatnika, 1996: 26). Hampir senada dengan pendapat Rachmat Djatnika di atas, Abu Ahmadi dan Noor Salimi (1994: 198) juga Hamzah Ya'qub (1996: 11) menyatakan bahwa akhlak secara bahasa diartikan sebagai perangai, tabiat, adat, atau sistem perilaku yang dibuat.
Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk yang mempunyai potensi yang dapat menjadikannya sebagai makhluk yang paling sempurna. Namun tak dapat dipungkiri bahwa selain membawa potensi yang baik, manusia juga diciptakan dengan membawa potensi negatif yang dapat menjadikan dirinya sama dengan binatang bahkan lebih rendah dari binatang.
Pembinaan akhlak merupakan tujuan terpenting dari pendidikan agama Islam. Rasul sendiri diutus ke dunia ini untuk menyempurnakan akhlak sebagaimana beliau bersabda dalam Hadistnya yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad yaitu:
 “Hanyalah saya diutus ke dunia ini untuk menyempurnakan akhlak” (HR. Bukhari dan Muslim)
Salah satu fakta yang menyebabkan degradasi akhlak di kalangan remaja dan siswa didik dewasa ini adalah kurangnya pembinaan akhlak terhadap mereka. Hal ini mendorong para pendidik untuk secara intensif membina akhlak remaja baik di lingkungan keluarga, masyarakat, ataupun di sekolah-sekolah umum, termasuk di lembaga pendidikan umum dan kejuruan.
Menurut Al-Ghazali yang pendapatnya dikutip oleh Hamzah Ya’kub (1993:91), “Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dahulu). Ibnu Maskawih yang dikutip oleh Abudin Nata (1997: 3) memberikan batasan akhlak dengan keadaan gerak jiwa yang mendorong ke arah melakukan perbuatan dengan tidak menghajatkan pikiran.
Akhlak dalam tataran konsep praktis dalam kehidupan sehari-hari selalu dikaitkan dengan dengan etika. Kata yang cukup dekat dengan "etika" adalah "moral". Sebagian orang berpandangan bahwa moral merupakan tataran aplikasi dari akhlak seseorang. Kata terakhir ini berasal dari bahasa Latin mos (jamak: mores) yang berarti juga: kebiasaan, adat. Dalam bahasa Inggris dan banyak bahasa lain, termasuk bahasa Indonesia (pertama kali dimuat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1988), kata mores masih dipakai dalam arti yang sama. Jadi, etimologi kata "etika" sama dengan etimologi kata "moral", karena keduanya berasal dari kata yang berarti adat kebiasaan. Hanya bahasa asalnya berbeda: yang pertama ber­asal dari bahasa Yunani, sedang yang kedua dari bahasa Latin.
Sekarang kita kembali ke istilah "etika". Setelah mempelajari dulu asal-usulnya, sekarang kita berusaha menyimak artinya. Salah satu cara terbaik untuk mencari arti sebuah kata adalah melihat dalam kamus. Mengenai kata "etika" ada perbedaan yang mencolok, jika kita membandingkan apa yang dikatakan dalam kamus yang lama dengan kamus yang baru. Menurut Poerwadarminta (dalam K. Bertens, 2005: 5) dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia yang lama "etika" dijelaskan sebagai: "ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral)".
Etika dijelaskan dengan membedakan tiga arti, yaitu:
  1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak);
  2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
  3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat (K. Bertens, 2005: 5).
Akhlak adalah perbuatan, tindak tanduk seseorang yang dilakukan dengan mudah tanpa banyak pertimbangan, dengan lancar tanpa merasa sulit ia lakukan. Sehingga perbuatan dan tindak tanduk yang dilakukan dengan terpaksa atua merasa berat untuk berbuat belumlah dikatakan akhlak (Oemar Bakry, 1993: 12). Orang yang baik akhlaknya ialah yang bersifat lapang dada, peramah, pandai bergaul, tidak menyakiti orang lain, lurus benar, tidak berdusta, sedikit berbicara banyak kerja, sabar (tabah) dalam perjuangan, tahu berterima kasih, dipercaya, tidak memfitnah, tidak dengki, baik dengan tetangga, kata-kata dan perbuatannya disenangi orang lain dan lain-lain sifat utama.
Akhlak merupakan pokok dari ajaran Islam di samping akidah dan syari’ah karena dengan akhlak akan terbina mental dan jiwa seseorang untuk memiliki hakikat kemanusiaan yang tinggi. Perbuatan yang baik maupun yang buruk merupakan manifestasi akhlak seseorang di mana tingkah laku seseorang dapat dipengaruhi oleh aspek-aspek yang secara sadar maupun di luar kesadaran dapat membentuk pribadinya sehingga terwujud dalam suatu kebiasaan.
Kata akhlak berarti budi pekerti, dalam kehidupan sehari-hari budi pekerti memang mempunyai peran yang amat penting bagi manusia, baik bagi pribadi maupun orang lain. Jadi yang dimaksud akhlak di sini adalah perilaku/adab sopan santun siswa yang merupakan realisasi hasil proses belajar mengajar. Syariat Islam tidak dapat dihayati dan diamalkan kalau hanya diajarkan saja, tetapi harus dididik melalui proses pendidikan. Nabi telah mengajarkan untuk beriman dan beramal serta berakhlak baik sesuai dengan ajaran Islam. Tujuan dari pendidikan ini adalah membina insan paripurna yang taqarrub kepada Allah, bahagia di dunia dan di akhirat (Djamaluddin dan Abdullah Aly, 1998:15).

Pengunjung

Rekening Donasi



 
Copyright © 2012. Website Resmi MTs Muhammadiyah Sungai Batang - All Rights Reserved
Jl Lingkar Maninjau Km 5.5 Muaro Pauah Nagari Sungai Batang
Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam 26472
Support : Ranah Maninjau
Created by MPS