April 2013 - Website Resmi MTs Muhammadiyah Sungai Batang
Headlines News :

RPP FIQIH KELAS VIII SEMESTER 1 (SUJUD DILUAR SHALAT)

Written By Unknown on Selasa, 30 April 2013 | 15.31



RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(  R  P  P  )

MTs                                     : Muhammadiyah Sungai Batang
Mata Pelajaran                 :  Fiqih
Kelas/Semester               :  VIII / 1
Alokasi Waktu                  :  4 x 40 menit (1 Kali pertemuan)

A.    Standar Kompetensi
         1.   Melaksanakan tata cara Sujud diluar shalat                       
B.   Kompetensi Dasar
1.1       Menjelaskan ketentuan Sujud syukur dan tilawah
C.   Tujuan Pembelajaran
§  Siswa dapat menjelaskan pengertian Sujud syukur dan dalilnya
§  Siswa dapat menyebutkan tata cara Sujud syukur
§  Siswa dapat menyebutkan do’a Sujud syukur
D.   Materi Pembelajaran
§  Sujud syukur
E.    Metode Pembelajaran
§  Ceramah : Metode ini digunakan untuk memulai kegiatan pembelajaran terutama untuk kegiatan awal.
§  Kerjak kelompok: kegiatan ini digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang pengertian Sujud syukur dan tilawah
§  Diskusi: Metode ini digunakan untuk mendialogkan tema yang berkemaan dengan materi kegiatan pembelajaran
§  Pameran dan Shopping : pajangan hasil diskusi/kerja kelompok dan saling mengomentari pajangan
F.    Langkah-langkah Pembelajaran
No
Uraian Kegiatan
Waktu
1
Kegiatan awal :
Apersepsi :
§  Memberikan pertanyaan seputar pelajaran yang lalu dan materi Sujud syukur dan tilawah
Motivasi :
§  Memberikan informasi tentang tujuan dan manfaat mempelajari seputar Sujud syukur dan tilawah dan tatacaranya yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari
10  menit
2
Kegiatan Inti :
§  Siswa membaca literatur/referensi tentang Sujud syukur dan tilawah.  (fase eksplorasi)
§  Siswa mengamati demonstrasi guru tentang  Sujud syukur dan tilawah dan tatacaranya (fase eksplorasi)
§  Membuat bagan Sujud syukur dan tilawah dan tatacaranya (fase elaborasi)
§  Pameran bagan dan saling mengomentari (fase elaborasi)
§  Salah seorang siswa mempraktekkan Sujud syukur dan tilawah sementara yang lain memperhatikan dan mencatat mencatat pokok-pokok penting dari hasil kegiatan pengamatan (fase elaborasi)
§  Penguatan tentang pengertian Sujud syukur dan tilawah (fase konfirmasi)
60 Menit
3
Kegiatan akhir :
§  Tanya jawab tentang materi Sujud syukur dan tilawah.
§  Guru memberikan tugas untuk mencari pengertian Sujud syukur dan tilawah untuk pertemuan selanjutnya.
10 menit

G.   Sumber belajar dan media pembelajaran
§  Al Qur’an terjemahan dan hadits
§  Buku  acuan Paket Fikih Depag
§  Alat: OHP/komputer,LCD, VCD tentang Sujud syukur
H.   Penilaian
Indikator Pencapaian
Jenis Penilaian
Bentuk Penilaian
Contoh Instrumen
§  Siswa dapat  menjelaskan pengertian Sujud syukur dan dalilnya
§  Siswa dapat  menjelaskan sebab-sebab Sujud syukur
§  Siswa dapat  mempraktekkan Sujud syukur
Tes tulis

Tes tulis

Performan  
Uraian

Uraian
§  Jelaskan pengertian Sujud syukur dan dalilnya!
§  Jelaskan sebab-sebab Sujud Syukur!






Mengetahui
Kepala Madrasah





ELIZAR. M
NIP.

.............. , ...............................
Guru Bidang Studi Fiqih





I D R I S
NIP.


Islam di Minang Kabau

Minangkabau sekarang dikenal dengan adatnya yang berfalsafah "adat basandi syara', syara' basandi kitabullah" kalimat yang singkat itu tidaklah mudah untuk didapatkan,karena harus melakukan perjuangan dan perundingan, agar tidak mengganggu tatanan kehidupan masyarakat minang kabau itu sendiri.

Sebelum agama Islam dengan resmi dianut oleh masyarakat Minangkabau, keyakinan terhadap kepercayaan leluhur masih dipakai oleh sebahagian anak ranah ini. Akan tetapi dalam persidangan majilih adat (pemuka masyarakat) di nagari-nagari tetap duduk bersama di antara penganut paham yang berbeda.
Konon ketika itu, masyarakat masih melihat perbedaan keyakinan sama halnya dengan perbedaan di bawah payung adat Laras Koto Piliang dan Laras Bodi Caniago. Banyak juga ketika itu masyarakat yang patuh dan setia terhadap ajaran Budha dan ada pula pengikut ajaran Islam. Bahkan banyak pula yang menganut ajaran adat saja. Perbedaan-perbedaan itu tidak pernah membuahkan benturan-benturan berbahaya di dalam masyarakat Minangkabau. “Karena, di setiap lubuk hati rakyat Minangkabau terpateri kata-kata bertuah, ‘ seadat-selimbago. Tuah sekata-celaka bersilang’. Kalau tuah atau tujuan bersama yang ingin di pilih, seiya sekatalah! Sebaliknya, kalau celaka yang diinginkan, maka bersilang sengketalah terus menerus,” seperti disebutkan Agustar Idris dalam bukunya Cindurmato dari Minangkabau.
Sejak berlangsungnya perundingan antara kaum adat dan Islam di Puncak Bukit Marapalam, Orang Minangkabau menyepakati agama Islam dengan ajaran sucinya sebagai penyuluh laras kehidupan manusia menuju kebahagiaan, kerukunan, kedamaian dan kesejahteraan. Adat dan limbago adalah buah budinya rakyat Minangkabau di mana ajaran-Islam menyempurnakannya. Selama rakyat Minangkabau setia terhadap kata-kata bertuahnya Adat Basandi Syarak Syarak Basandi Kitabbullah, maka keseimbangan dan keselarasan alam Minangkabau dan isinya akan tetap terjaga dan terjamin, sehingga masyarakat yang di cita-citakan adat akan menjadi milik bersama dan milik anak cucu di sepanjang zaman.
Sejak dahulu rakyat Minangkabau menaruh hormat dan bangga terhadap Majilih Kerapatan Adat Alam Minangkabau. Segala keputusan hasil mufakat Majilih ini dilaksanakan secara utuh oleh rakyat dan lembaga adatnya. Ada satu keputusan Majilih di masa kerajaan Pagaruyung yang sangat menentukan. Yaitu, ketika Ulama Besar Tuan Malano Basa dari Sumpur Kudus, ayah kandung dari Tuan Kadhi Padang Ganting, berniat mendirikan Limbago baru yang disebut Rajo Ibadat. Niat Tuan Malano Basa ini, secara resmi disampaikan kepada Majilih agar dapat direstui kehadirannya di Ranah Minang. Rupanya ketika itu, Majilih adat memberikan restu berdirinya Rajo Ibadat, maka sejak itu pula di pinggang Ranah Minang terselip tiga keris bertuah yaitu, Raja Alam, Raja Adat dan Raja Ibadat. Ketiga-tiganya menjadi senjata ampuh bagi rakyat Minangkabau dalam mencapai cita-cita bersama.
Kedekatan Pribadi Orang Minang dengan Islam Konon menurut kabar yang dikisahkan dalam cerita Cindurmato, tersebutlah seorang yang bernama Andiko Panjang Gombak. Pada masanya Andiko dikenal sebagai salah seorang penasehat Raja Pagaruyung. Selain dekat dengan keluarga kerajaan, sehari-harinya dia dengan tekunnya memimpin para pemahat dan pengukir di Bukitgombak, menyelesaikan beberapa prasasti dan patung yang sudah lama terbengkalai.
Ada sebuah patung yang sangat besar dan perkasa, yang diberi nama oleh Andiko Perkasa Muda. Patung ini sudah dikerjakan selama enam tahun oleh pemahat-pemahat piawai dan sabar. Andiko sangat bangga terhadap hasil karya para senimannya, terutama terhadap patung Raksasa Muda itu. Bersamaan dengan rasa bangga yang memenuhi rongga dadanya, terbentuk pula rasa khawatir di hatinya terhadap keamanan karya-karya seni yang telah dia hasilkan. Andiko maklum, bahwa rakyat Minangkabau tidak menyukai patung-patung, bahkan membencinya. Masa itu agama Islam juga telah menjalar dan berkembang secara perlahan tapi sangat meyakinkan di Ranah Minang.
Dan Islam juga tidak dapat menerima kehadiran patung-patung karena dapat menyesatkan iman penganutnya. Pada saat itulah timbul pikiran Andiko untuk menghadiahkan patung tersebut ke sebuah tempat pemujaan di tanah Jawa, dimana dia diasuh dan dibesarkan. Dengan sebuah rakit bambu yang besar berlayarlah si Raksasa Muda menghiliri Batang Selo sampai di Muaro Sijunjung. Dari Muaro Sijunjung si Raksasa Muda itu ditarik oleh pasukan si binuang sampai Sikabau. Dari Sikabau si Raksasa Muda kembali berlayar dihanyutkan arus Batang Hari menuju muaranya.
Tapi, patung itu tak pernah sampai di Muara Batang Hari, karena rakit yang membawanya hancur berantakan di dekat pertemuan arus Batang Pangean dengan Batang Hari. Andiko membiarkan si Raksana Muda itu terbenam sementara di pinggir Batang Hari, dan ia segera kembali ke Bukitgombak. Di Bukitgombak Andiko menyiapkan tenaga-tenaga baru dan mengajak Panglimo Limbubu dengan Pasukan Binuangnya untuk kembali menyelamatkan si Raksana Muda yang sedang terbenam.
Tapi rencana Andiko untuk mengantarkan si Raksana Muda itu ke tanah Jawa tak pernah menjadi kenyataan. Tepat sehari sebelum Andiko dan rombongan mau meninggalkan Bukitgombak, tiba-tiba Andiko jatuh sakit, badannya panas, keringat bagaikan air mengguyuri sekujur tubuhnya, tapi dari mulutnya selalu meluncur kata-kata, ‘dingin, dingin’. Hari berikutnya, di saat sinar matahari membayang di ufuk timur, Andiko kembali ke Maha Penciptanya. Dia pergi dengan tenang, disaksikan oleh seluruh keluarga, sanak saudara dan sahabat-sahabatnya.
Saat itu, Romandung yang bergelar Dang Tuanku, masih berumur enam puluh empat bulan dan Cindurmato lima puluh bulan. Sekitar dua puluh tahun dia di Minangkabau, Andiko telah ikut mencurahkan seluruh kasih sayang, pengabdian, ilmu dan kearifan yang dimilikinya untuk membangun Minangkabau yang kuat, adil dan sejahtera. Perjuangannya yang gigih dan tak mengenal lelah itu memang tidak membuahkan sebuah kerajaan yang tangguh dan kuat, tetapi telah ikut mengisi Adat dan menuang Limbagonya Alam Minangkabau.
Pada hari yang sama, setelah Andiko dikebumikan, seluruh anggota perwakilan Rajo Alam, mengadakan pertemuan di Bukitgombak. Pada pertemuan ini, secara bulat dimufakati untuk mengangkat Romandung sebagai pimpinan Anjung Rajo Alam. Karena Romandung masih kecil, maka dimufakati pula untuk mengangkat ibunya, Kambang Daro Marani sebagai pelaksana tugas sehari-hari dari pimpinan Anjung Rajo Alam dengan panggilan kehormatan Bundokandung. Andiko telah tiada. Dia banyak meninggalkan kesan, kenangan dan warisan. Dia juga mewariskan perimbangan dan pertentangan di dalam masyarakat Minangkabau. Tapi Minangkabau tetap memanfaatkan perimbangan dan pertentangan itu untuk menjaga keseimbangan dan keselarasan Alam Minangkabau dan isinya.
Seiring sejalan dengan perkembangan zaman, pada masa itu Sriwijaya dan Singosari sudah lenyap. Kerajaan-kerajaan silih berganti muncul dan hilang. Raja bermahkota hari ini, besok menjadi tak berkepala. Kerajaan Islam di pantai Aceh bertambah kuat. Islam telah menyebar dan berkembang ke pelosok-pelosok Nusantara. Kampar kiri dan kanan, negeri-negeri sepanjang Batang Hari dan Musi, pantai utara pulau Jawa telah di terkam oleh kerajaan Islam. Minangkabau pun sejak permulaan Zaman Limbago sudah di masuki ajaran Islam. Islam masuk ke Minangkabau melalui dua jalur. Jalur pertama dari Aceh ke pantai barat Minangkabau yang berpusat di Tiku Pariaman. Jalur kedua menempuh Kampar Kanan arah mudik sampai di Sumpur. Di sinilah tempat ibadah pertama didirikan berupa sebuah masjid yang di sebut masjid Al Kudus. Dan dari sini pulalah api suci Islam memancar menerangi Luhak nan Tigo: Tanahdatar, Agam dan Limapuluh Koto .
Di saat semangat membangun membakar setiap jiwa rakyat Minangkabau, api Islam ikut serta menerangi sanubari mereka. Para ulama dan penganut setia Islam juga telah ikut bersimbah peluh dalam membangun daerah sekitar Pagaruyung, Rimbo Pulut-pulut, Labuah Basa Tigo Balai, Labuah Luhak dan pembangunan-pembangunan lainnya. Orang-orang dari Teluk Persia, menurut cerita yang di sampaikan turun-temurun, telah mengunjungi Minangkabau jauh sebelum agama Islam lahir ke bumi. Mereka datang untuk membeli rempah-rempah seperti kemenyan, gambir, kapur barus dan lada. Diantara mereka banyak pula yang menetap di sini dan kawin dengan gadis gadis Bundokandung. Tak kurang pula orang Minangkabau yang ikut berlayar ke bumi persia, diantara mereka ada yang menetap di sana, ada pula yang kembali pulang ke Minangkabau.
Banyak kata-kata yang berasal dari bahasa mereka di ambil alih oleh orang Minangkabau. Di antaranya, alam, mualim, syahbandar, rahim, sultan, maulana, imam, nama hari dan bulan dan lain-lainnya. Begitu Islam di perkenalkan di Ranah Minang, banyak tokoh-tokoh Limbago dan juga rakyat menaruh perhatian terhadap ajarannya dan lambat laun menganutnya.
Islam menjamah tubuh Minangkabau kira-kira abad ke 13 M, selama kurun waktu itu telah banyak ulama dan mubalikh terkenal di lahirkan di bumi Bundokandung ini, bahkan sejarah mencatat, ulama-ulama dan mubalikh-mubalikh yang telah terpanggil jiwanya untuk meninggalkan Bundokandung demi tugas sucinya untuk menyebarkan ajaran agama Islam ke setiap pelosok Nusantara. Di antara mereka dapat kita catat, Rajo Bagindo ke Sulu tanah Mindanau, Gurhano Bulan ketanah Bugis Makasar, Binuang Basa ke Kutai Kalimantan, Tan Tawi ke tahan Jawa, Johari Alim dan Siti Aminah ke tanah Pahang Negeri Sembilan dan Kalano Rahman ke tanah Serawak. Malah di Ujung Pandang, hingga terukir dengan tinta emas tiga datuk penyebar Islam ke Bugis Makasar. Mereka adalah Datuk Ribandang, Datuk Patimang dan Datuk Tiro.
Syekh Burhanuddin.
Salah satu penyebar Islam di Minangkabau bernama Burhanuddin. Beliau adalah murid dari Syeh Abdurrauf di Aceh. Kalangan penulis sejarah, menyebutkan Syeh Burhanuddin hidup antara tahun 1646-1692 M. Beliau menyebarkan Islam hanya di Minangkabau saja. Tidak seperti tokoh-tokoh lainnya yang berangkat menuju perantauan.
Hingga kini Syeh Burhanuddin tetap jadi pujaan bagi masyarakat Minangkabau. Kalau kita lihat, pada Bulan Safar atau pada waktu-waktu tertentu, banyak masyarakat yang tumpah ruah di makam Syeh Burhanuddin di Ulakan, Pariaman. Hal ini merupakan sebuah fenomena sosial yang menarik dan komplek untuk dicermati. Dan yang lebih menarik bahwa orang-orang yang pernah datang ke sana untuk mengikuti ritual peribadatan akan selalu merasa kerinduan untuk berkesempatan mengulangi pengalaman spritual yang mereka peroleh di lingkungan makam Syekh Burhanuddin.
Syekh Burhanuddin di kalangan umat Islam Sumatera Barat, bukan hanya sekedar ulama besar. Akan tetapi diyakini pula bahwa beliaulah orang pertama penyebar agam Islam di daerah ini. Setidak-tidaknya dari beliaulah perkembangan agama Islam di Sumatera Barat mengalami proses penyebaran yang begitu pesat. Sebagai ulama beliau memiliki kepribadian yang agung. Beliau seorang moderat yang mengerti apa yang dirasakan masyarakat. Beliau selalu bersempati kepada orang-orang yang berada di sekelilingnya. Dan dengan cara demikian beliau memasukkan rasa dan kesadaran beragama ke dalam diri setiap orang. Dengan cara yang lemah lembut, dengan pendekatan persualif serta dengan sentuhan psikologis, beliau masuk ke dalam masyarakat di sekitarnya dan dari keseharian masyarakatnya pula beliau secara berangsur-angsur menanamkan nilai-nilai aqidah.
Syekh Burhanuddin bukan dari aliran keras. Beliau seorang penyabar yang penuh santun. Entah karena sugesti yang pernah beliau ciptakan atau karena nuansa kedamaian itu yang tumbuh bersemi maka di komplek makam dan Masjid Syekh Burhanuddin selalu terdapat rasa aman, nyaman, tentram, damai dan bersahabat. Setiap kali seorang pernah datang ke tempat itu maka di dalam dirinya akan ada kerinduan untuk kembali dan kembali lagi kesana. Syekh Burhanuddin telah lama pergi meninggalkan masyarakat Minangkabau.
Tapi cahaya terang yang beliau tinggalkan dan keteladanan yang pernah beliau tebarkan, membuat makam dan suraunya senantiasa dikunjungi sepanjang masa. Dari mulutnya tidak pernah terdengar umpat dan cerca apalagi caci maki dan hujatan. Dari mulutnya selalu terdengar doa untuk kebaikan bersama. ***

Islam dan Penjajahan

Written By Unknown on Senin, 29 April 2013 | 10.08

Di Aljazair, mempelajari bahasa Arab dan agama diãnggap sebagai
tindakan kriminal. Orang yang melakukannya ditangkap sebagaimana
halnya dengan pencuri dan perompak. Dalam pengadilan mereka itu samasama
dipanggil dan juga ditempatkan dalam satu penjara.
Dan Perancis, sebagaimana dikatakan oleh para penulis kita yang plinplan,
adalah ibu kemerdekaan. Ialah yang telah mengajarkan kepada seluruh
dunia prinsip-prinsip kemerdekaàn, persaudaraan dan persamaan.
Di Sudan bahagian selatan, adanya satu orang Islam sahaja, walaupun
ia pergi ke sana untuk tujuan perdagangan, dianggap sebagai suatu bahaya
besar, untuk mana Inggeris memobilisir seluruh tenaganya. Segenap kegiatan
orang itu diperhatikan oleh kantor pemerintahan di Sudan, dan akhirnya ia
ditangkap untuk dikembalikan ke Utara, supaya jangan para penduduk yang
suka damai itu menjadi korban Islam. Hal ini terjadi di saat di mana setiap
kekuatan pentadbiran pemerintahan di kerahkan untuk menjaga
missionarisme dan para anggota missi itu. Kepada mereka itu diberikan
kelengkapan-kelengkapan dalam segala bentuknya. Inggeris, sebagaimana
dikatakan oleh para penulis kita yang pengkhianat itu, adalah suatu negara
yang tidak pernah campur-tangan dalam masalah kebebasan beragama.
Di belakang penjajah Perancis dan Inggeris itu berdirilah Amerika
dengan dollarnya, dengan pesawat-pesawat tempurnya, dengan tank
wajanya dan dengan bom nuklearnya. Ia menjaga penjajah di segala tempat,
mengembalikan kebesarannya yang telah mulai hilang dengan membunuh
pejuang-pejuang kemerdekaan yang mempertahankan tanah air mereka, dan
mengesampingkan masalah-masalah kemerdekaan di Persekutuan Bangsa-
Bangsa Bersatu dan di Dewan Keamanan.
Amerika, menurut para periulis kita yang bangsa upahan itu, adalah
yang menjaga kemerdekaan di Dunia Bebas yang mereka sebut-sebut itu
walaupun dunia tidak mengetahui adanya.
Penjajahan mempersiapkan segala kekuatannya untuk bangsa-bangsa
yang menuntut kemerdekaannya, tetapi khusus untuk Islam dan negaranegara
Islam mereka telah memperhatikan dengan bentuk yang amat luar
biasa semenjak dan waktu yang lama. Mereka telah memberikan perhatian
yang amat besar kepada Islam, jauh sebelum bangsa—bangsa Islam bangkit
menuntut kemerdekaannya yang telah dirampas orang lain. Sebabnya adalah
kerana penjajahan tidak pernah lupa barang sesaatpun tentang kekuatan
yang tersembunyi dalam aqidah kepercayaan Islam, dan bahaya yang
ditimbulkan kekuatan ini terhadap setiap penjajahan asing.
Bahaya kekuatan yang tersembunyi dalam aqidah itu terhadap
penjajahan, pertama-tama timbul kerana Islam itu adalah suatu kekuatan
pembebasan yang luar biasa hebatnya. Jiwa Islam itu menentang setiap agresi
terhadap kemerdekaan. Dan perlawanan ini terhadap setiap agresi itu
dilakukan dengan penuh ketekunan. Ia melakukan perlawanan aktif di mana
faktor jiwa tidak mènjadi pertimbangan lagi. Segala bentuk pengorbanan dan
kerugian dianggap wajar. Kalau jiwa Islam ini terbangun pada suatu bangsa
Islam, maka mustahil ia akan mahu menyerahkan kemerdekaannya. Tidak
mungkin sama sekali ia akan diam dalam hal perjuangan positif. Perjuangan
seperti ini dapat menghancurkan penjajahan semenjak dari akar-akarnya.
Demikian pula bahaya yang ditimbulkan aqidah Islam terhadap
penjajahan ini juga timbul dari kenyataan bahawa aqidah Islam itu adalah
aqidah yang meninggikan diri, merasa besar dan mulia. Seorang Islam, kalau
dalam jiwanya telah terbangun jiwa Islam itu, ia tidak akan dapat dianggap
rendah oleh orang lain. Ia tidak bisa merendahkan diri kepada siapapun.
Kerana itu ía memandang kepada penjajahan asing dengan pandangan tidak
senang sedemikian rupa sehingga hal itu harus dihilangkan. Ia merasa
berkewajipan memeranginya, demi untuk memewujudkan kemuliaan Islam,
memelihara kemanusia dan untuk mencari keredhaan Allah.
Di samping itu, terdapat pula sumber ketiga dan bahaya yang
ditimbulkan aqidah Islam terhadap penjajahan. Ia adalah suatu aqidah yang
menjadikan seluruh tanah air Islam suatu kesatuan. Siapa yang melakukan
agresi terhadap sejengkal tanah daripadanya bererti melakukan agresi
terhadap semua tanah air Islam itu. Di waktu itu setiap orang Islam di
seluruh penjuru dunia menasa berkewajipan untuk menyatakan jihad demi
untuk menghilangkan bahaya dari sejengkal tanah yang merupakan bahagian
dari Dunia Islam yang terbentang luas itu.
Tidak seorang Islampun dan penjuru dunia manapun juga, kalau ia
benar-benar seorang Islam, yang mendengar atau mengetahui bahawa ada
musuh yang telah menginjak-nginjak sejengkal tanah Islam, yang tidak
tergerak hatinya untuk mempertahankan tanah kaum Muslimin itu dan
mempertahankan kemuliaan Islam.
Di sinilah tersembunyinya bahaya yang paling besar terhadap
penjajahan, iaitu bahaya yang dapat mengumpulkan orang dan
mempersatukannya di bawah sebuah bendera untuk mengadakan
perlawanan dan berjuang dipenuhi dengan jiwa pengorbanan dan
mengorbankan diri.
Inilah sebabnya kenapa kaum penjajah, baik dahulu mahupun
sekarang selalu memberikan perhatian khusus kepada Dunia Islam, dan
kenapa negara-negara penjajah itu seluruhnya berdampingan bahu dan
saling tolong menolong dalam memerangi setiap gerakan pembebasan yang
terdapat di Dunia Islam. Dari sinilah kenapa Soviet Rusia dan negara-negara
satelitnya bergabung kepada negara-negara penjajahan Barat, setiap kali
terjadi suatu masalah yang menyangkut dengan dunia Islam, walaupun di
antara kubu Rusia dan kubu Barat itu terdapat perpecahan dan permusuhan.
Soviet Rusia dengan blok komunisnya telah mencuri sebahagian dari
Dunia Islam di Turkistan, di Krim, di Yugoslavia dan lain-lainnya.
Keadaannya persis sama dengan apa yang dilakukan Blok Barat di Afrika
Utara dan Lembah Nil. Kerana itu kepentingan para pencuri itu selalu
bertemu setiap kali timbul persoalan yang menyangkut salah satu bahagian
Dunia Islam. Setelah itu mereka berpecah-pecah kembali, sampai mencapai
tingkat perang dingin atau perang panas sesuai dengan permintaan situasi.
Walaupun Blok Komunis menyimpan rasa permusuhan terhadap
kaum Muslimin, sama keadaannya dengan Blok Barat, tetapi semua tanah air
Islam, disebabkan oleh jiwa kebebasan yang tersembunyj dalam Islam,
merasa cinta kepada setiap gerakan kemerdekaan, walaupun yang bersifat
komunis, seperti yang terjadi di Vietnam dan di Korea, dan ingin agar
gerakan ini dapat menang dalam menghadapi penjajahan Barat yang dibenci
itu. Ia ingin agar bayang-bayang penjajahan yang gelap itu dapat dihilangkan
dan seluruh penjuru dunia, kerana Islam adalah suatu kekuatan revolusi
kemerdekaan yang terbesar.
Apa yang diinginkan oleh Islam di atas dunia ini adalah agar manusia
juga dapat bebas merdeka dari segi kebebasan da’wah dan kebebasan
beraqidah. Kerana itulah Islam tidak dapat berdamai dengan sistem komunis
yang ada, di mana manusia dilucuti dari kebebasan berfikir, kebebasan
beraqidah dan kebebasan berda’wah kepada aqidah yang diingininya.
Dengan demikian ia telah melucuti manusia dari ciri-ciri khas kemanusiaan
yang Islam berusaha keras untuk mewujudkannya, iaitu ciri-ciri kemanusiaan
yang telah dihancurkan secara total oleh sistem komunis yang ada sekarang.
Bagaimanapun juga, kita kembali kepada penjajahan. Ia adalah musuh
kita yang pertama, musuh kita yang benar-benar yang harus kita hadapi
dengan segala rasa kebencian suci yang kita miliki. Kita akan berjuang tanpa
takut, kerana ia juga memerangi kita tanpa takut. Ia mempersiapkan segala
kekuatan yang dimilikinya, dalam bentuk yang tidak dilakukan oleh
komunisme sendiri yang menjadi musuhnya yang jelas. Ia mempersiapkan
untuk menghadapi kita tidak hanya kekuatan besi dan api, tetapi juga
memasangkan untuk kita perangkap-perangkap ekonomi, sebagaimana yang
dilakukan Amerika dewasa ini dengan mengadakan perjanjian-perjanjian
perdagangan yang menakutkan, yang telah ditawarkannya kepada rejim
yang lama, dan sekarang di cubanya menawarkannya sekali lagi.
Perjanjian ini mengharuskan kita untuk menerima barang-barang
apapun juga dan dari negeri manapun juga di dunia selama ia mempunyai
cap Amerika. Ertinya fabrik-fabrik Amerika yang terdapat di Israel boleh kita
menyerang di dalam rumah tangga kita sendiri dan kita tidak boleh
membalas dalam bentuk apapun juga. Demikian pula tangan kita dibelenggu,
kerana kita tidak boleh menyimpan mata wang asing yang kita ingi
menyimpannya, kerana perjanjian itu membolehkan perusahaan-perusahaan
Amerika dan orang-orang Amerika di Mesir untuk mengeluarkan wang
mereka dengan mata wang apapun juga.
Semuanya itu dengan imbalan bahawa kita orang orang Mesir ini juga
mempunyai hak-hak yang serupa di negeri Amerika sendiri.
Ya, demi Tuhanku! Hal ini tentu sahaja baik kalau kita juga
mempunyai perusahaan, fabrik, pegawai dan modal di Amerika. Hanya
dalam keadaan itu kita dapat menikmati kebebasan dan jaminan, sama
dengan apa yang dinikmati rakyat Amerika di negara kita. Persis
sebagaimana dahulunya kita juga berhak malah untuk menggunakan
pelabuhan laut, udara dan jalan-jalan yang terdapat di jantung negeri
Inggeris, sesuai dengan perjanjian kehormatan dan kemerdekaan yang
dahulu pernah diadakan. Tetapi malang sekali kita telah membatalkan
perjanjian ini. Semenjak dan saat itu, armada- armada laut kita dan squadronsquadron
udara kita tidak mempunyai pelabuhan lagi di Eropah, kerana kita
telah kehilangan hak untuk menggunakan pelabuhan-pelabuhan laut dan
udara di Inggeris.
Kita yakin sekali bahawa rejim yang baru ini tidak akan masuk
perangkap Amerika yang menakutkan ini, kerana rejim yang lama, walaupun
telah penuh dosa sedemikian rupa, tidak sanggup memikul beban yang
demikian berat. Tetapi keyakinan kita ini tidak boleh menjadikan kita lalai
dalam memberikan peringatan kepada bahaya ini, terutama kerana kita selalu
menyedari bahawa pihak penjajah selalu mempergunakan mekanismemekanisme
dalam negeri, yang terdiri dari organisasi-organisasi dan orangorang
yang biasanya dari luarnya kelihatannya tidak berdosa.
Sebelumnya kita telah mengenal contoh-contoh organisasi seperti
Perkumpulan Saudara-Saudara Kemerdekaan dan Perkumpulan Anglo
Mesir, Perkumpulan Kelab Dua Dunia dan Perkumpulan Kelab Algezira.
Adalah kewajipan kita sekarang untuk mengetahui bahawa Perkumpulan al-
Falah hanyalah merupakan salah satu dari organisasi-organisasi yang
kelihatannya tidak berdosa ini.

Berbakti Pada Orang Tua

Written By Unknown on Senin, 22 April 2013 | 09.35


Dari Dua puluh lima Nabi dan rasul mempunyai  perbedaan  kisah menurut situasi dan keadaan sewaktu itu, dan juga mempunyai kelebihan dan mukjizat yang berbeda pula, begitu juga dengan Nabi Sulaiman.as.

Selain seorang nabi, Sulaiman a.s. juga seorang raja terkenal. Atas izin Allah ia berhasil menundukkan Ratu Balqis dengan jin ifrit-Nya. Dia dikenal sebagai manusia boleh berdialog dengan segala binatang. Dikisahkan, Nabi Sulaiman sedang berkelana antara langit dan bumi hingga tiba di satu samudera yang bergelombang besar. Untuk mencegah gelombang, ia cukup memerintahkan angin agar tenang, dan tenang pula samudera itu.Kemudian Nabi Sulaiman memerintahkan jin Ifrit menyelam ke samudera itu sampai ke dasarnya. DI sana jin Ifrit melihat sebuah kubah dari permata putih yang tanpa lubang, kubah itu diangkatnya ke atas samudera dan ditunjukkannya kepada Nabi Sulaiman.

Melihat kubah tanpa lubang penuh permata dari dasar laut itu Nabi Sulaiman menjadi terlalu hairan, "Kubah apakah gerangan ini?" fikirnya. Dengan minta pertolongan Allah, Nabi Sulaiman membuka tutup kubah. Betapa terkejutnya dia begitu melihat seorang pemuda tinggal di dalamnya."Sipakah engkau ini? Kelompok jin atau manusia?" tanya Nabi Sulaiman kehairanan."Aku adalah manusia", jawab pemuda itu perlahan."Bagaimana engkau boleh memperolehi karomah semacam ini?" tanya Nabi Sulaiman lagi. Kemudian pemuda itu menceritakan riwayatnya sampai kemudian memperolehi karomah dari Allah boleh tinggal di dalam kubah dan berada di dasar lautan.

Diceritakan, ibunya dulu sudah tua dan tidak berdaya sehingga dialah yang memapah dan menggendongnya ke mana jua dia pergi. Si anak selalu berbakti kepada orang tuanya, dan ibunya selalu mendoakan anaknya. Salah satu doanya itu, ibunya selalu mendoakan anaknya diberi rezeki dan perasaan puas diri. Semoga anaknya ditempatkan di suatu tempat yang tidak di dunia dan tidak pula di langit."Setelah ibuku wafat aku berkeliling di atas pantai. Dalam perjalanan aku melihat sebuah terbuat dari permata. Aku mendekatinya dan terbukalah pintu kubah itu sehingga aku masuk ke dalamnya." Tutur pemuda itu kepada Nabi Sulaiman.

Nabi Sulaiman yang dikenali boleh berjalan di antara bumi dan langit itu menjadi kagum terhadap pemuda itu."Bagaimana engkau boleh hidup di dalam kubah di dasar lautan itu?" tanya Nabi Sulaiman ingin mengetahui lebih lanjut."Di dalam kubah itu sendiri, aku tidak tahu di mana berada. Di langitkah atau di udara, tetapi Allah tetap memberi rezeki kepadaku ketika aku tinggal di dalam kubah.""Bagaimana Allah memberi makan kepadamu?""Jika aku merasa lapar, Allah menciptakan pohon di dalam kubah, dan buahnya yang aku makan. Jika aku merasa haus maka keluarlah air yang teramat bersih, lebih putih daripada susu dan lebih manis daripada madu."

"Bagaimana engkau mengetahui perbedaan siang dan malam?" tanya Nabi Sulaiman a.s yang merasa semakin hairan. "Bila telah terbit fajar, maka kubah itu menjadi putih, dari situ aku mengetahui kalau hari itu sudah siang. Bila matahari terbenam kubah akan menjadi gelap dan aku mengetahui hari sudah malam." Tuturnya. Selesai menceritakan kisahnya, pemuda itu lalu berdoa kepada Allah, maka pintu kubah itu tertutup kembali, dan pemuda itu tetap tinggal di dalamnya. Itulah keromah bagi seorang pemuda yang berbakti kepada kedua orang tuanya.

Buku Guru Sejati

Written By Unknown on Selasa, 09 April 2013 | 10.59



Bayangkanlah diri Anda sebagai seorang yang telah lelah dan jenuh mencari makna kehidupan di dunia ini. Bayangkan diri Anda yang jemu melihat dunia ini hanya sebagai tarikan-tarikan persoalan senang dan sedih, berhasil dan gagal, mendapatkan keuntungan dan kebahagiaan; demikian pula dengan berbagai tekanan kehidupan, hantaman kesedihan dan terpaan penderitaan. Anda, tanpa menyadarinya, telah terbawa tanpa daya oleh pusaran kehidupan dunia: kelahiran, dibentuk oleh orangtua dan lingkungan, bersekolah, berkeluarga, bekerja dan mengejar karir, mendidik anak, dan seterusnya.
Pada suatu titik Anda tersadar, apa makna dari semuanya ini. Apakah kehidupan hanyalah sekadar pergantian episode senang dan sedih, baik dan buruk, hingga datang saat kematian kelak? Apakah benar-benar tidak ada makna yang lebih hakiki daripada sekadar mencoba menggapai kesuksesan, memiliki pendapatan yang cukup untuk hidup senang dan mempersiapkan bekal pendidikan anak-anak? Bukankah itu berarti bahwa kita juga hanya mengarahkan anak-anak kita menuju pengulangan-pengulangan tanpa makna yang persis sama dengan yang kita jalani? Sebuah rutinitas kehidupan yang juga akan memerangkap mereka, sama seperti kita yang telah terperangkap di dalamnya.

Bayangkan ketika Anda tersadar bahwa ‘agama’ yang selama ini diajarkan pada Anda hanyalah ritual tanpa makna batin. Bahwa agama seakan-akan hanyalah seleksi untuk memasuki surga atau neraka berdasarkan banyaknya pahala. Buku-buku yang Anda baca semuanya langsung menjelaskan cara, tanpa bisa menerangkan landasan yang paling fundamental: Apa arti semua ini sebenarnya? Apakah kehidupan akan sedangkal ini, hingga hari kematian kelak? Didiktekan kepada Anda bahwa manusia diciptakan untuk beribadah, tapi beribadah yang seperti apa? Bisakah Anda tekun melaksanakan ibadah tanpa sedikit pun memahami maknanya?
Bayangkan ketika Anda mulai berani jujur pada diri sendiri, bahwa kitab suci yang ketika Anda mencoba membacanya terasa abstrak, acak dan tak terjangkau maknanya. Anda mulai bertanya-tanya, ketika kitab suci memanggil ‘Wahai orang-orang yang beriman..’, benarkah Anda termasuk di dalamnya? Apa yang bisa membuktikannya? Dan Anda mulai tidak lagi merasa yakin bahwa Anda tidak termasuk ke dalam kaum yang disebutkan di sana, ketika kitab suci berbicara tentang golongan manusia yang tersesat.
Maka Anda pun mulai mencari panutan, orang yang dapat Anda jadikan pembimbing kehidupan Anda. Mulailah Anda mengikuti pengajian ini dan itu. Memaksakan diri untuk meraih serpihan makna yang mungkin terserak di dalamnya. Tapi ternyata, setelah sekian lama, Anda tidak juga memperolehnya.
Pada satu titik, ada hujaman pertanyaan yang mendobrak keluar dari kepala Anda: mengapa kata ‘Islam’ lebih banyak disebutkan daripada kata ‘Allah’? Mengapa semuanya hanya diatasnamakan ‘demi Islam’, dan bukan ‘demi Allah’? Mengapa semua hanya mengingat ‘Islam’, dan seakan melupakan Allah? Di mana Allah? Akhirnya Anda mulai merindukan hakikat.
Dalam keputusasaan, ketika kehampaan hidup yang demikian getir tak bermakna terasa begitu menusuk, Anda bersujud dan menangis. Anda berdoa penuh harap pada-Nya, pada Dia yang Anda percaya bahwa Dia Maha Mendengar. Anda panjatkan doa bahwa Anda membutuhkan-Nya, bahwa Anda menginginkan pemahaman akan arti ini semua. Anda memohon untuk ditunjukkan jalan pulang, untuk kembali kepada-Nya. Anda merasa tidak mengerti apa-apa tentang Allah, Tuhan yang seharusnya Anda sembah. Anda merasa hanya secara mekanistik berlaku menyembah sesuatu yang belum Anda pahami. Hanya setitik harapan yang menjadi setitik benih permohonan Anda, seberkas keyakinan bahwa Dia Maha Mendengar doa Anda. Setitik harapan bahwa kelak Dia akan bersedia mengajarkan pada Anda, membuka diri-Nya mengenai siapa Dia sebenarnya.
Di bawah rahmat-Nya, dengan pertolongan-Nya, tanpa Anda sadari, Anda mulai ditunjuki-Nya. Pada suatu hari, dipertemukan-Nya Anda dengan seseorang yang memahami sepenuhnya apa yang sedang dan pernah Anda lalui, tanpa Anda bercerita sepatah kata pun. Dengan caranya, ia membuat Anda paham bahwa tidak ada yang salah dalam kehidupan Anda selama ini. Ia menjelaskan bahwa semua kegagalan dan kegelisahan ini hanyalah semata-mata sebuah panggilan sayang dari-Nya kepada Anda, supaya Anda tersadar bahwa Anda kini telah melupakan hakikat makna kehidupan Anda, sehingga tersesat menjauh dari jalan lurus-Nya. Semuanya hanyalah undangan-Nya supaya Anda kembali menyadari kehadiran nafs, diri yang lebih sejati dalam diri Anda, dan supaya Anda kembali mencari jalan pulang.
Sedikit demi sedikit, semakin lama Anda tidak bisa memungkiri perasaan bahwa dia mengetahui dan memahami segalanya tentang diri Anda, juga tentang seluruh kehidupan Anda. Anda tidak bisa lagi memungkiri bahwa pengajarannya terasa sangat menyegarkan bagi sesuatu yang ada jauh di dalam diri Anda, entah apa namanya. Dengan penuh kehati-hatian, sedikit demi sedikit, hati Anda mulai percaya padanya. Lambat laun keinginan Anda untuk berguru padanya semakin tumbuh kokoh dalam diri, demi setitik pengetahuan tentang seruas jalan setapak untuk pulang menuju Allah.
Dan akhirnya, pada saatnya Anda telah matang dan siap, ia membuka dirinya, mengatakan siapa dia sebenarnya. Allah sendirilah yang telah mengantar Anda untuk bertemu dengannya di suatu titik dalam kehidupan Anda, dan sudah menjadi tugasnyalah untuk menjemput Anda dan mengantar Anda pulang kembali pada-Nya. Dia telah menerima tugas Allah untuk membimbing orang-orang yang rindu akan jalan taubat untuk pulang kepada-Nya, sebagai seseorang yang Allah telah memberinya tugas kelahiran sebagai seorang mursyid, seorang pembimbing yang atas izin Allah telah diberi-Nya kemampuan hakiki untuk menunjukkan jalan menuju Allah Ta‘ala.
Sekarang, dari sekian banyak orang yang datang menemuinya untuk segala macam keperluan, bayangkanlah bahwa Anda merupakan salah satu dari sekelompok kecil orang yang diizinkan Allah untuk menjadi muridnya, sebagai bagian dari sedikit orang yang menjalani setiap aspek kehidupan langsung di bawah tuntunan dan bimbingan seorang Guru, demi membangun sebuah kerangka pertaubatan dan pengabdian kepada Allah Ta‘ala.
Buku ini, yang ada di hadapan Anda, merupakan salinan dari kata-kata seorang mursyid sejati, seorang Guru (dengan G kapital) yang memiliki tugas kelahiran dari Allah sebagai seorang pembimbing, yang telah Allah beri kemampuan hakiki untuk menunjukkan setapak jalan taubat untuk pulang menuju Allah Ta‘ala.
Inilah salinan dari kata-katanya yang disampaikan kepada sekelompok kecil murid-muridnya. Di dalamnya dijelaskan cara seorang Guru Sejati dalam membimbing murid-muridnya untuk mengenal jiwanya sendiri, sebagai langkah awal untuk berjalan menuju Allah*. Di dalamnya juga dijelaskan bagaimana seorang salik (penempuh jalan taubat) harus bersikap dalam rangka mendidik dan mendisiplinkan dirinya sendiri. Di dalamnya juga diisyaratkan tentang berbagai rintangan yang harus dihadapi selama menempuh perjalanan.
Bagi Anda yang beruntung, yang telah dipertemukan Allah dengan seorang mursyid hakiki dalam kehidupan, buku ini akan membantu Anda dalam memahami fenomena-fenomena yang muncul dalam pembimbingan seorang mursyid terhadap murid-muridnya. Dan bagi Anda yang belum memilikinya, ataupun berharap suatu saat Allah mempertemukan Anda dengan seorang mursyid sejati, maka buku ini dapat menjawab keingintahuan Anda mengenai apa yang terjadi di seputar interaksi antara seorang Guru Sejati dengan murid-muridnya.
*******
Tidak mudah menerjemahkan kata-kata dari seseorang yang berada dalam tingkatan nafs rahmaniyyah, Bawa Muhaiyaddeen, yang oleh penerjemah pertama (dari bahasa Tamil ke dalam bahasa Inggris), Dr dan Mrs. Ganesan, dikatakan bahwa kalimat-kalimat bahasa Tamilnya mungkin lebih indah dari seorang Shakespeare seandainya dia berbahasa Tamil. Apalagi bagi saya yang bukan berangkat sebagai penerjemah profesional, melainkan hanya dilatarbelakangi sebuah niat agar teman-teman bisa turut membaca dan menikmati kesegarannya.
Dalam proses penerjemahan, saya sedikit banyak memahami kesulitan para penerjemah pertama (dari bahasa Tamil), bahwa bagian yang teramat sulit adalah bagaimana menjaga ‘rasa’ dan makna esensial dari kalimat-kalimatnya agar tidak lenyap dalam proses peralihan bahasa, ditambah lagi bahwa buku di hadapan Anda ini merupakan hasil proses peralihan bahasa yang kedua (dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia). Hampir semua buku beliau merupakan salinan dari kata-katanya yang diucapkan secara lisan yang dipindahkan ke dalam bentuk tulisan. Di sisi lain, saya sedapat mungkin berusaha menghindari istilah-istilah yang rumit, dan sebisa mungkin menggunakan struktur bahasa maupun istilah yang sederhana dan mudah dipahami.
*******
Dalam kesempatan ini pula, walaupun bukan saya yang mengarang buku ini, sebagai tanda terima kasih, pertama-tama saya ingin mempersembahkan penerjemahan buku ini kepada seorang bapak sepuh di wilayah peraduan matahari barat khatulistiwa, yang tentu saja sama sekali bukan tanda terima kasih yang layak baginya. Sesempurna- sempurnanya tanda terima kasih yang layak dipersembahkan bagi Beliau, adalah ketika sang anak telah berhasil berjuang untuk mengenal Diri Sejatinya, ketika sang anak berhasil memahami sepenuhnya mengenai apa yang telah ditetapkan Allah sebagai tugas kelahirannya, ketika perjuangan seorang anak melawan dirinya sendiri telah ‘membuat-Nya percaya’ untuk menyematkan secercah api kesucian di dalam dada. Karena saya masih sangat jauh dari meraih pengenalan diri, inilah persembahan kecil saya bagi beliau yang dapat saya bawakan.
Yang kedua adalah untuk keluarga Depok tercinta, bagi tuan rumah beserta sang istri, juga sang adik serta adik iparnya, juga dua orang mentor kami di sana, yang telah menyediakan surga mungil tempat tinggal mereka menjadi tempat kami berkumpul dan mengaji, shalat berjamaah di akhir malam, ditambah dengan segala macam makanan dan minuman, whiteboard dan spidolnya, memfasilitasi kami serta membiarkan kami menyita malam-malam istirahat dan waktu untuk keluarga mereka, menerima segala pertanyaan dan keluh-kesah kami selama bertahun-tahun semenjak awal sekali kami mengikuti kajian-kajian hingga sekarang, pada saat penerjemahan buku ini dimulai.
Tidak lupa, juga untuk belahan jiwa sejatiku tersayang, sang kembaran sayapku, semoga kita berdua semakin dikaruniai-Nya pemahaman bahwa hanya ketika sepasang sayap mengepak serentak dan bersama-samalah kita dapat terbang melintasi batas cakrawala, terbang menuju-Nya, untuk sujud berkenalan dengan-Nya.
Untuk semua saudara-saudaraku tercinta, saya persembahkan sekeping kecil pecahan kaca ini untuk melengkapi kerangka sebuah cermin agung yang sedang kita bangun bersama-sama, agar citra agung nama-nama-Nya dapat terpantul di permukaannya.
Untuk ibunda tercinta, atas segala bentuk pengorbanannya yang tak terkira bagi anaknya yang selalu membuat masalah dan tak tahu terima kasih ini. Tidak akan pernah saya mampu mengembalikan segala pengorbanan maupun curahan kasih sayangnya. Semoga Allah-lah yang menyayangi Ibu dengan limpahan cinta sejati-Nya yang Maha Agung.
Semoga Dia, Sang Maha Pemberi Rahmat dan Berkah berkenan menjadikan itu semua sebagai amal shalih kita, yang membuat-Nya merasa percaya untuk menyingkapkan sedikit cadar wajah-Nya yang Mahasuci pada kita semua.
Jakarta,
20 Ramadhan 1423 H,
24 November 2002 M,
Penerjemah,
Herry Mardian

*) Perhatikan hadits yang termasyhur di kalangan penempuh jalan menuju Allah, “Man ‘arafa nafsahu, faqad ‘arafa Rabbahu.” Siapa yang ‘arif (sepenuhnya telah memahami) tentang nafs (jiwa)-nya sendiri, maka ia akan ‘arif pula tentang Rabb-nya.
Juga kata-kata sahabat Ali r.a, “Awaluddiina ma’rifatulLah.” Awalnya ad-diin (agama) adalah ‘arif tentang Allah.

Pengunjung

Rekening Donasi



 
Copyright © 2012. Website Resmi MTs Muhammadiyah Sungai Batang - All Rights Reserved
Jl Lingkar Maninjau Km 5.5 Muaro Pauah Nagari Sungai Batang
Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam 26472
Support : Ranah Maninjau
Created by MPS