Website Resmi MTs Muhammadiyah Sungai Batang: Artikel Guru
Headlines News :
Selamat Datang di MTs Muhammadiyah Sungai Batang | Jl Lingkar Maninjau Km 5.5 Muaro Pauah Sungai Batang 26472 | Kritik, Saran dan Masukan Silahkan Dikirimkan ke email : info@mtsm-sungaibatang.com

Latest Post

Tampilkan postingan dengan label Artikel Guru. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Artikel Guru. Tampilkan semua postingan

Manfaat Pelajaran Aqidah Akhlak Terhadap Siswa

Written By Unknown on Selasa, 07 Mei 2013 | 11.56

Aqidah dan akhlak adalah merupakan salah satu ajaran dari Agama Islam, bila ini tidak dikembangkankan ataupun diajarkan pada generasi muda maka tentu akan menjatuhkan dan melemahkan iman sehingga akan tercerminlah generasi yang tidak mempunyai moralitas. Namun sejahuh ini di lembaga pendidikan yang selalu mengajar dan mendidik genersasi muda, apakah hal ini telah diajarkan.... apabila sudah tentu akan membawa manfaat dan pengaruh kepada anak didik...
Pendidikan adalah suatu proses individu, kehidupan sosial, pewarisan kebudayaan dan sebagai pusat perubahan sosial. Dalam prosesnya, pendidikan melibatkan pendidik yang dilaksanakan di berbagai lingkungan pendidikan. Berkenaan dengan hal itu, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 menjelaskan bahwa: "Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab".
Tujuan pendidikan tersebut di atas sangat relevan dengan kondisi bangsa sekarang ini. Salah satunya adalah masalah moralitas bangsa yaitu mengenai sistem nilai bagaimana kita harus hidup secara baik sebagai manusia (Burhanuddin, 1997: 3). Dengan tujuan mengembangkan peserta didik agar berakhlak mulia, menjadi suatu harapan untuk dapat bangkit dari kemerosotan akhlak dan lunturnya nilai-nilai keagamaan. Hal tersebut sesuai dengan pandangan Ki Hajar Dewantara (dalam Ali Saepullah, H. A, 1982: 29-30) bahwa pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan perkembangan budi pekerti (kekuatan batin, karakter) pikiran dan tubuh anak.
Pendidikan dipandang juga sebagai salah satu aspek yang memiliki peranan pokok dalam membentuk generasi muda di masa mendatang. Pendidikan diharapkan dapat menghasilkan manusia yang berkualitas dan bertanggung jawab serta mampu mengantisipasi masa depan. Sedangkan pendidikan menurut Islam atau pendidikan Islami merupakan pendidikan yang dipahami dan dikembangkan dari ajaran dan nilai-nilai fundamental yang terkandung dalam sumber dasarnya yaitu Al-Qur'an dan As Sunnah (Muhaimin, 2001: 29).
Bagi umat Islam mempersiapkan generasi penerus yang berkualitas dan bertanggung jawab merupakan suatu keharusan dengan melalui pendidikan sebagaimana finnan Allah SWT dalam Al Qur'an Surat An-Nisa ayat 9 yang berbunyi:
Artinya: "Dan hendaklah takut kepada Allah SWT orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah SWT dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar" (Depag, 2000: 116).
Pendidikan akidah akhlak merupakan salah satu pelajaran yang diberikan mulai tingkat SD/MI sampai perguruan tinggi dan merupakan salah satu komponen yang tidak dapat dipisahkan dari mata pelajaran lainnya. Oleh karena itu mata pelajaran akidah akhlak merupakan mata pelajaran yang menempati kedudukan yang sangat sentral dalam pembentukan kepribadian siswa yang memiliki kepribadian yang baik. Baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakatnya. Hal ini mengandung indikasi bahwa proses pengajaran dari materi pelajaran akidah akhlak tidak hanya menyampaikan ilmu pengetahuan saja akan tetapi lebih dari itu merupakan transfer of value terhadap anaknya.
Menurut Zakiyah Daradjat (1996: 70-71), perkumpulan remaja sebagai lingkungan pendidikan memberikan peluang terhadap dorongan anak untuk mengembangkan diri atau ke arah berdiri sendiri. Salah satu upaya untuk mengembangkan budi pekerti dan karakter seseorang, maka diperlukan pengajaran akidah akhlak yang merupakan bagian dari pengajaran agama. Pengajaran akhlak meliputi nilai suatu perbuatan menurut ajaran agama dan berbagai hal yang langsung ikut mempengaruhi pembentukan sifat-sifat itu pada diri seseorang secara umum.
 
Secara umum ajaran agama telah menggambarkan contoh dan teladan baik dalam pelaksanaan akhlak, terutama tingkah laku yang diutus untuk membina dan menyempurnakan akhlak. Ajaran itu berisi materi pembentukan batin seseorang, sehingga melahirkan sifat-sifat baik dan terpuji yang dapat dilihat dari bentuk dan tingkah laku.
Dengan pengajaran akhlak akan terbentuk batin seseorang dan pembentukan itu dapat dilakukan dengan melatih dan membiasakan berbuat, mendorong, dan memberi sugesti agar mau dan senang berbuat, karena pada dasarnya seluruhnya nilai-nilai pengajaran agama bermuara pada nilai esensial yang berbentuk nilai pembersihan diri, nilai kesempurnaan akhlak dan nilai peningkatan taqwa kepada Allah SWT (Zakiyah Daradjat, 2001: 196).
Proses pendidikan di sekolah, merupakan kegiatan yang paling pokok, ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Dalam proses belajar mengajar, siswa akan dipengaruhi faktor yang berada dalam diri siswa maupun faktor di luar siswa. Adapun faktor yang ada di dalam diri siswa salah satunya adalah faktor minat, khususnya minat siswa dalam materi pelajaran akidah akhlak di sekolah mengandung indikasi terhadap suatu keberhasilan proses belajar mengajar dalam materi pelajaran akidah akhlak. Aspek afektif dalam pendidikan akidah akhlak salah satunya sikap atau perilaku yang dicerminkan dengan akhlak mereka sehari-hari. Tentunya dalam bentuk interaksi sosial mereka di masyarakat.
Oleh karena minat merupakan faktor keberhasilan tujuan pengajaran (Abu Ahmadi, 1991: 130). Maka minat akan membawa pengaruh terhadap akhlak mereka sehari-hari.
Minat sebagai salah satu aspek kepribadian individu perlu dikembangkan karena berhubungan dengan kesiapan mental individu yang mempunyai peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan belajar. Dalam kegiatan belajar mengajar keberadaan atau eksistensi minat sangat diperlukan adanya tinggi atau rendahnya minat siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar akan senantiasa menentukan intensitas kegiatan belajar mengajar itu sendiri. Ketika proses belajar mengajar berlangsung siswa yang senang memperhatikan terhadap pelajaran yang diajarkan kata siswa tersebut akan berusaha melaksanakan apa yang telah diterimanya dengan sebaik mungkin. Seperti dikatakan oleh Usman Efendi (1989: 122), bahwa belajar dengan minat akan lebih baik daripada belajar tanpa minat.
Sesuai pendapat di atas, Eddy Soewadi Kartawidjaja (1987: 185), mengemukakan bahwa perasaan senang akan menimbulkan sikap positif dan akan menumbuhkan minat. Sebaliknya perasaan tidak senang akan menumbuhkan sikap negatif dan tidak menumbuhkan minat.
Seperti telah diuraikan bahwa minat merupakan salah satu faktor keberhasilan tujuan pengajaran. Sedangkan inti dari tujuan materi peiajaran aqidah akhlak terbinannya akhlakul karimah. Dari uraian di atas, mengandung pertanyaan sejauhmana minat siswa dalam belajar materi peiajaran aqidah akhlak akan mempengaruhi akhlak mereka sehari-hari. Untuk mengetahui keterkaitan minat siswa dalam belajar materi pelajaran aqidah akhlak dengan akhlak mereka sehari-hari, maka terlebih dahulu penulis menetapkan indikator-indikator masing-masing.
Menurut Slameto (1995: 180) mengungkapkan bahwa minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh". Sedang menurut Marimba (1987: 79), "Minat dibatasi sebagai kecenderungan jiwa kepada sesuatu, karena itu merasa ada kepentingan dengan sesuatu itu, yang pada umumnya disertai dengan perasaan senang".
Suatu minat diekpresikan melalu suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa masyarakat lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Masyarakat yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek tersebut.
Dapat dipahami bahwa upaya mendorong orang lain, khususnya untuk mengikuti kegiatan belajar menjadi sangat penting. Dilihat dari subjeknya dalam dunia pendidikan, orang yang diberi tugas mendorong orang untuk belajar adalah orang tua, guru, dan orang dewasa pada umumnya. Kalau begitu posisi ketiga orang tersebut menjadi sangat penting untuk menumbuhkan kecenderungan anak agar mau melakukan kegiatan belajar.
Secara etimologi, kata akhlak berasal dari bahasa Arab bentuk jamak dari mufradnya khuluk, yang berarti "budi pekerti" (Rachmat Djatnika, 1996: 26). Hampir senada dengan pendapat Rachmat Djatnika di atas, Abu Ahmadi dan Noor Salimi (1994: 198) juga Hamzah Ya'qub (1996: 11) menyatakan bahwa akhlak secara bahasa diartikan sebagai perangai, tabiat, adat, atau sistem perilaku yang dibuat.
Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk yang mempunyai potensi yang dapat menjadikannya sebagai makhluk yang paling sempurna. Namun tak dapat dipungkiri bahwa selain membawa potensi yang baik, manusia juga diciptakan dengan membawa potensi negatif yang dapat menjadikan dirinya sama dengan binatang bahkan lebih rendah dari binatang.
Pembinaan akhlak merupakan tujuan terpenting dari pendidikan agama Islam. Rasul sendiri diutus ke dunia ini untuk menyempurnakan akhlak sebagaimana beliau bersabda dalam Hadistnya yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad yaitu:
 “Hanyalah saya diutus ke dunia ini untuk menyempurnakan akhlak” (HR. Bukhari dan Muslim)
Salah satu fakta yang menyebabkan degradasi akhlak di kalangan remaja dan siswa didik dewasa ini adalah kurangnya pembinaan akhlak terhadap mereka. Hal ini mendorong para pendidik untuk secara intensif membina akhlak remaja baik di lingkungan keluarga, masyarakat, ataupun di sekolah-sekolah umum, termasuk di lembaga pendidikan umum dan kejuruan.
Menurut Al-Ghazali yang pendapatnya dikutip oleh Hamzah Ya’kub (1993:91), “Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dahulu). Ibnu Maskawih yang dikutip oleh Abudin Nata (1997: 3) memberikan batasan akhlak dengan keadaan gerak jiwa yang mendorong ke arah melakukan perbuatan dengan tidak menghajatkan pikiran.
Akhlak dalam tataran konsep praktis dalam kehidupan sehari-hari selalu dikaitkan dengan dengan etika. Kata yang cukup dekat dengan "etika" adalah "moral". Sebagian orang berpandangan bahwa moral merupakan tataran aplikasi dari akhlak seseorang. Kata terakhir ini berasal dari bahasa Latin mos (jamak: mores) yang berarti juga: kebiasaan, adat. Dalam bahasa Inggris dan banyak bahasa lain, termasuk bahasa Indonesia (pertama kali dimuat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1988), kata mores masih dipakai dalam arti yang sama. Jadi, etimologi kata "etika" sama dengan etimologi kata "moral", karena keduanya berasal dari kata yang berarti adat kebiasaan. Hanya bahasa asalnya berbeda: yang pertama ber­asal dari bahasa Yunani, sedang yang kedua dari bahasa Latin.
Sekarang kita kembali ke istilah "etika". Setelah mempelajari dulu asal-usulnya, sekarang kita berusaha menyimak artinya. Salah satu cara terbaik untuk mencari arti sebuah kata adalah melihat dalam kamus. Mengenai kata "etika" ada perbedaan yang mencolok, jika kita membandingkan apa yang dikatakan dalam kamus yang lama dengan kamus yang baru. Menurut Poerwadarminta (dalam K. Bertens, 2005: 5) dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia yang lama "etika" dijelaskan sebagai: "ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral)".
Etika dijelaskan dengan membedakan tiga arti, yaitu:
  1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak);
  2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
  3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat (K. Bertens, 2005: 5).
Akhlak adalah perbuatan, tindak tanduk seseorang yang dilakukan dengan mudah tanpa banyak pertimbangan, dengan lancar tanpa merasa sulit ia lakukan. Sehingga perbuatan dan tindak tanduk yang dilakukan dengan terpaksa atua merasa berat untuk berbuat belumlah dikatakan akhlak (Oemar Bakry, 1993: 12). Orang yang baik akhlaknya ialah yang bersifat lapang dada, peramah, pandai bergaul, tidak menyakiti orang lain, lurus benar, tidak berdusta, sedikit berbicara banyak kerja, sabar (tabah) dalam perjuangan, tahu berterima kasih, dipercaya, tidak memfitnah, tidak dengki, baik dengan tetangga, kata-kata dan perbuatannya disenangi orang lain dan lain-lain sifat utama.
Akhlak merupakan pokok dari ajaran Islam di samping akidah dan syari’ah karena dengan akhlak akan terbina mental dan jiwa seseorang untuk memiliki hakikat kemanusiaan yang tinggi. Perbuatan yang baik maupun yang buruk merupakan manifestasi akhlak seseorang di mana tingkah laku seseorang dapat dipengaruhi oleh aspek-aspek yang secara sadar maupun di luar kesadaran dapat membentuk pribadinya sehingga terwujud dalam suatu kebiasaan.
Kata akhlak berarti budi pekerti, dalam kehidupan sehari-hari budi pekerti memang mempunyai peran yang amat penting bagi manusia, baik bagi pribadi maupun orang lain. Jadi yang dimaksud akhlak di sini adalah perilaku/adab sopan santun siswa yang merupakan realisasi hasil proses belajar mengajar. Syariat Islam tidak dapat dihayati dan diamalkan kalau hanya diajarkan saja, tetapi harus dididik melalui proses pendidikan. Nabi telah mengajarkan untuk beriman dan beramal serta berakhlak baik sesuai dengan ajaran Islam. Tujuan dari pendidikan ini adalah membina insan paripurna yang taqarrub kepada Allah, bahagia di dunia dan di akhirat (Djamaluddin dan Abdullah Aly, 1998:15).

RPP FIQIH KELAS VIII SEMESTER 1 (SUJUD DILUAR SHALAT)

Written By Unknown on Selasa, 30 April 2013 | 15.31



RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(  R  P  P  )

MTs                                     : Muhammadiyah Sungai Batang
Mata Pelajaran                 :  Fiqih
Kelas/Semester               :  VIII / 1
Alokasi Waktu                  :  4 x 40 menit (1 Kali pertemuan)

A.    Standar Kompetensi
         1.   Melaksanakan tata cara Sujud diluar shalat                       
B.   Kompetensi Dasar
1.1       Menjelaskan ketentuan Sujud syukur dan tilawah
C.   Tujuan Pembelajaran
§  Siswa dapat menjelaskan pengertian Sujud syukur dan dalilnya
§  Siswa dapat menyebutkan tata cara Sujud syukur
§  Siswa dapat menyebutkan do’a Sujud syukur
D.   Materi Pembelajaran
§  Sujud syukur
E.    Metode Pembelajaran
§  Ceramah : Metode ini digunakan untuk memulai kegiatan pembelajaran terutama untuk kegiatan awal.
§  Kerjak kelompok: kegiatan ini digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang pengertian Sujud syukur dan tilawah
§  Diskusi: Metode ini digunakan untuk mendialogkan tema yang berkemaan dengan materi kegiatan pembelajaran
§  Pameran dan Shopping : pajangan hasil diskusi/kerja kelompok dan saling mengomentari pajangan
F.    Langkah-langkah Pembelajaran
No
Uraian Kegiatan
Waktu
1
Kegiatan awal :
Apersepsi :
§  Memberikan pertanyaan seputar pelajaran yang lalu dan materi Sujud syukur dan tilawah
Motivasi :
§  Memberikan informasi tentang tujuan dan manfaat mempelajari seputar Sujud syukur dan tilawah dan tatacaranya yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari
10  menit
2
Kegiatan Inti :
§  Siswa membaca literatur/referensi tentang Sujud syukur dan tilawah.  (fase eksplorasi)
§  Siswa mengamati demonstrasi guru tentang  Sujud syukur dan tilawah dan tatacaranya (fase eksplorasi)
§  Membuat bagan Sujud syukur dan tilawah dan tatacaranya (fase elaborasi)
§  Pameran bagan dan saling mengomentari (fase elaborasi)
§  Salah seorang siswa mempraktekkan Sujud syukur dan tilawah sementara yang lain memperhatikan dan mencatat mencatat pokok-pokok penting dari hasil kegiatan pengamatan (fase elaborasi)
§  Penguatan tentang pengertian Sujud syukur dan tilawah (fase konfirmasi)
60 Menit
3
Kegiatan akhir :
§  Tanya jawab tentang materi Sujud syukur dan tilawah.
§  Guru memberikan tugas untuk mencari pengertian Sujud syukur dan tilawah untuk pertemuan selanjutnya.
10 menit

G.   Sumber belajar dan media pembelajaran
§  Al Qur’an terjemahan dan hadits
§  Buku  acuan Paket Fikih Depag
§  Alat: OHP/komputer,LCD, VCD tentang Sujud syukur
H.   Penilaian
Indikator Pencapaian
Jenis Penilaian
Bentuk Penilaian
Contoh Instrumen
§  Siswa dapat  menjelaskan pengertian Sujud syukur dan dalilnya
§  Siswa dapat  menjelaskan sebab-sebab Sujud syukur
§  Siswa dapat  mempraktekkan Sujud syukur
Tes tulis

Tes tulis

Performan  
Uraian

Uraian
§  Jelaskan pengertian Sujud syukur dan dalilnya!
§  Jelaskan sebab-sebab Sujud Syukur!






Mengetahui
Kepala Madrasah





ELIZAR. M
NIP.

.............. , ...............................
Guru Bidang Studi Fiqih





I D R I S
NIP.


Islam di Minang Kabau

Minangkabau sekarang dikenal dengan adatnya yang berfalsafah "adat basandi syara', syara' basandi kitabullah" kalimat yang singkat itu tidaklah mudah untuk didapatkan,karena harus melakukan perjuangan dan perundingan, agar tidak mengganggu tatanan kehidupan masyarakat minang kabau itu sendiri.

Sebelum agama Islam dengan resmi dianut oleh masyarakat Minangkabau, keyakinan terhadap kepercayaan leluhur masih dipakai oleh sebahagian anak ranah ini. Akan tetapi dalam persidangan majilih adat (pemuka masyarakat) di nagari-nagari tetap duduk bersama di antara penganut paham yang berbeda.
Konon ketika itu, masyarakat masih melihat perbedaan keyakinan sama halnya dengan perbedaan di bawah payung adat Laras Koto Piliang dan Laras Bodi Caniago. Banyak juga ketika itu masyarakat yang patuh dan setia terhadap ajaran Budha dan ada pula pengikut ajaran Islam. Bahkan banyak pula yang menganut ajaran adat saja. Perbedaan-perbedaan itu tidak pernah membuahkan benturan-benturan berbahaya di dalam masyarakat Minangkabau. “Karena, di setiap lubuk hati rakyat Minangkabau terpateri kata-kata bertuah, ‘ seadat-selimbago. Tuah sekata-celaka bersilang’. Kalau tuah atau tujuan bersama yang ingin di pilih, seiya sekatalah! Sebaliknya, kalau celaka yang diinginkan, maka bersilang sengketalah terus menerus,” seperti disebutkan Agustar Idris dalam bukunya Cindurmato dari Minangkabau.
Sejak berlangsungnya perundingan antara kaum adat dan Islam di Puncak Bukit Marapalam, Orang Minangkabau menyepakati agama Islam dengan ajaran sucinya sebagai penyuluh laras kehidupan manusia menuju kebahagiaan, kerukunan, kedamaian dan kesejahteraan. Adat dan limbago adalah buah budinya rakyat Minangkabau di mana ajaran-Islam menyempurnakannya. Selama rakyat Minangkabau setia terhadap kata-kata bertuahnya Adat Basandi Syarak Syarak Basandi Kitabbullah, maka keseimbangan dan keselarasan alam Minangkabau dan isinya akan tetap terjaga dan terjamin, sehingga masyarakat yang di cita-citakan adat akan menjadi milik bersama dan milik anak cucu di sepanjang zaman.
Sejak dahulu rakyat Minangkabau menaruh hormat dan bangga terhadap Majilih Kerapatan Adat Alam Minangkabau. Segala keputusan hasil mufakat Majilih ini dilaksanakan secara utuh oleh rakyat dan lembaga adatnya. Ada satu keputusan Majilih di masa kerajaan Pagaruyung yang sangat menentukan. Yaitu, ketika Ulama Besar Tuan Malano Basa dari Sumpur Kudus, ayah kandung dari Tuan Kadhi Padang Ganting, berniat mendirikan Limbago baru yang disebut Rajo Ibadat. Niat Tuan Malano Basa ini, secara resmi disampaikan kepada Majilih agar dapat direstui kehadirannya di Ranah Minang. Rupanya ketika itu, Majilih adat memberikan restu berdirinya Rajo Ibadat, maka sejak itu pula di pinggang Ranah Minang terselip tiga keris bertuah yaitu, Raja Alam, Raja Adat dan Raja Ibadat. Ketiga-tiganya menjadi senjata ampuh bagi rakyat Minangkabau dalam mencapai cita-cita bersama.
Kedekatan Pribadi Orang Minang dengan Islam Konon menurut kabar yang dikisahkan dalam cerita Cindurmato, tersebutlah seorang yang bernama Andiko Panjang Gombak. Pada masanya Andiko dikenal sebagai salah seorang penasehat Raja Pagaruyung. Selain dekat dengan keluarga kerajaan, sehari-harinya dia dengan tekunnya memimpin para pemahat dan pengukir di Bukitgombak, menyelesaikan beberapa prasasti dan patung yang sudah lama terbengkalai.
Ada sebuah patung yang sangat besar dan perkasa, yang diberi nama oleh Andiko Perkasa Muda. Patung ini sudah dikerjakan selama enam tahun oleh pemahat-pemahat piawai dan sabar. Andiko sangat bangga terhadap hasil karya para senimannya, terutama terhadap patung Raksasa Muda itu. Bersamaan dengan rasa bangga yang memenuhi rongga dadanya, terbentuk pula rasa khawatir di hatinya terhadap keamanan karya-karya seni yang telah dia hasilkan. Andiko maklum, bahwa rakyat Minangkabau tidak menyukai patung-patung, bahkan membencinya. Masa itu agama Islam juga telah menjalar dan berkembang secara perlahan tapi sangat meyakinkan di Ranah Minang.
Dan Islam juga tidak dapat menerima kehadiran patung-patung karena dapat menyesatkan iman penganutnya. Pada saat itulah timbul pikiran Andiko untuk menghadiahkan patung tersebut ke sebuah tempat pemujaan di tanah Jawa, dimana dia diasuh dan dibesarkan. Dengan sebuah rakit bambu yang besar berlayarlah si Raksasa Muda menghiliri Batang Selo sampai di Muaro Sijunjung. Dari Muaro Sijunjung si Raksasa Muda itu ditarik oleh pasukan si binuang sampai Sikabau. Dari Sikabau si Raksasa Muda kembali berlayar dihanyutkan arus Batang Hari menuju muaranya.
Tapi, patung itu tak pernah sampai di Muara Batang Hari, karena rakit yang membawanya hancur berantakan di dekat pertemuan arus Batang Pangean dengan Batang Hari. Andiko membiarkan si Raksana Muda itu terbenam sementara di pinggir Batang Hari, dan ia segera kembali ke Bukitgombak. Di Bukitgombak Andiko menyiapkan tenaga-tenaga baru dan mengajak Panglimo Limbubu dengan Pasukan Binuangnya untuk kembali menyelamatkan si Raksana Muda yang sedang terbenam.
Tapi rencana Andiko untuk mengantarkan si Raksana Muda itu ke tanah Jawa tak pernah menjadi kenyataan. Tepat sehari sebelum Andiko dan rombongan mau meninggalkan Bukitgombak, tiba-tiba Andiko jatuh sakit, badannya panas, keringat bagaikan air mengguyuri sekujur tubuhnya, tapi dari mulutnya selalu meluncur kata-kata, ‘dingin, dingin’. Hari berikutnya, di saat sinar matahari membayang di ufuk timur, Andiko kembali ke Maha Penciptanya. Dia pergi dengan tenang, disaksikan oleh seluruh keluarga, sanak saudara dan sahabat-sahabatnya.
Saat itu, Romandung yang bergelar Dang Tuanku, masih berumur enam puluh empat bulan dan Cindurmato lima puluh bulan. Sekitar dua puluh tahun dia di Minangkabau, Andiko telah ikut mencurahkan seluruh kasih sayang, pengabdian, ilmu dan kearifan yang dimilikinya untuk membangun Minangkabau yang kuat, adil dan sejahtera. Perjuangannya yang gigih dan tak mengenal lelah itu memang tidak membuahkan sebuah kerajaan yang tangguh dan kuat, tetapi telah ikut mengisi Adat dan menuang Limbagonya Alam Minangkabau.
Pada hari yang sama, setelah Andiko dikebumikan, seluruh anggota perwakilan Rajo Alam, mengadakan pertemuan di Bukitgombak. Pada pertemuan ini, secara bulat dimufakati untuk mengangkat Romandung sebagai pimpinan Anjung Rajo Alam. Karena Romandung masih kecil, maka dimufakati pula untuk mengangkat ibunya, Kambang Daro Marani sebagai pelaksana tugas sehari-hari dari pimpinan Anjung Rajo Alam dengan panggilan kehormatan Bundokandung. Andiko telah tiada. Dia banyak meninggalkan kesan, kenangan dan warisan. Dia juga mewariskan perimbangan dan pertentangan di dalam masyarakat Minangkabau. Tapi Minangkabau tetap memanfaatkan perimbangan dan pertentangan itu untuk menjaga keseimbangan dan keselarasan Alam Minangkabau dan isinya.
Seiring sejalan dengan perkembangan zaman, pada masa itu Sriwijaya dan Singosari sudah lenyap. Kerajaan-kerajaan silih berganti muncul dan hilang. Raja bermahkota hari ini, besok menjadi tak berkepala. Kerajaan Islam di pantai Aceh bertambah kuat. Islam telah menyebar dan berkembang ke pelosok-pelosok Nusantara. Kampar kiri dan kanan, negeri-negeri sepanjang Batang Hari dan Musi, pantai utara pulau Jawa telah di terkam oleh kerajaan Islam. Minangkabau pun sejak permulaan Zaman Limbago sudah di masuki ajaran Islam. Islam masuk ke Minangkabau melalui dua jalur. Jalur pertama dari Aceh ke pantai barat Minangkabau yang berpusat di Tiku Pariaman. Jalur kedua menempuh Kampar Kanan arah mudik sampai di Sumpur. Di sinilah tempat ibadah pertama didirikan berupa sebuah masjid yang di sebut masjid Al Kudus. Dan dari sini pulalah api suci Islam memancar menerangi Luhak nan Tigo: Tanahdatar, Agam dan Limapuluh Koto .
Di saat semangat membangun membakar setiap jiwa rakyat Minangkabau, api Islam ikut serta menerangi sanubari mereka. Para ulama dan penganut setia Islam juga telah ikut bersimbah peluh dalam membangun daerah sekitar Pagaruyung, Rimbo Pulut-pulut, Labuah Basa Tigo Balai, Labuah Luhak dan pembangunan-pembangunan lainnya. Orang-orang dari Teluk Persia, menurut cerita yang di sampaikan turun-temurun, telah mengunjungi Minangkabau jauh sebelum agama Islam lahir ke bumi. Mereka datang untuk membeli rempah-rempah seperti kemenyan, gambir, kapur barus dan lada. Diantara mereka banyak pula yang menetap di sini dan kawin dengan gadis gadis Bundokandung. Tak kurang pula orang Minangkabau yang ikut berlayar ke bumi persia, diantara mereka ada yang menetap di sana, ada pula yang kembali pulang ke Minangkabau.
Banyak kata-kata yang berasal dari bahasa mereka di ambil alih oleh orang Minangkabau. Di antaranya, alam, mualim, syahbandar, rahim, sultan, maulana, imam, nama hari dan bulan dan lain-lainnya. Begitu Islam di perkenalkan di Ranah Minang, banyak tokoh-tokoh Limbago dan juga rakyat menaruh perhatian terhadap ajarannya dan lambat laun menganutnya.
Islam menjamah tubuh Minangkabau kira-kira abad ke 13 M, selama kurun waktu itu telah banyak ulama dan mubalikh terkenal di lahirkan di bumi Bundokandung ini, bahkan sejarah mencatat, ulama-ulama dan mubalikh-mubalikh yang telah terpanggil jiwanya untuk meninggalkan Bundokandung demi tugas sucinya untuk menyebarkan ajaran agama Islam ke setiap pelosok Nusantara. Di antara mereka dapat kita catat, Rajo Bagindo ke Sulu tanah Mindanau, Gurhano Bulan ketanah Bugis Makasar, Binuang Basa ke Kutai Kalimantan, Tan Tawi ke tahan Jawa, Johari Alim dan Siti Aminah ke tanah Pahang Negeri Sembilan dan Kalano Rahman ke tanah Serawak. Malah di Ujung Pandang, hingga terukir dengan tinta emas tiga datuk penyebar Islam ke Bugis Makasar. Mereka adalah Datuk Ribandang, Datuk Patimang dan Datuk Tiro.
Syekh Burhanuddin.
Salah satu penyebar Islam di Minangkabau bernama Burhanuddin. Beliau adalah murid dari Syeh Abdurrauf di Aceh. Kalangan penulis sejarah, menyebutkan Syeh Burhanuddin hidup antara tahun 1646-1692 M. Beliau menyebarkan Islam hanya di Minangkabau saja. Tidak seperti tokoh-tokoh lainnya yang berangkat menuju perantauan.
Hingga kini Syeh Burhanuddin tetap jadi pujaan bagi masyarakat Minangkabau. Kalau kita lihat, pada Bulan Safar atau pada waktu-waktu tertentu, banyak masyarakat yang tumpah ruah di makam Syeh Burhanuddin di Ulakan, Pariaman. Hal ini merupakan sebuah fenomena sosial yang menarik dan komplek untuk dicermati. Dan yang lebih menarik bahwa orang-orang yang pernah datang ke sana untuk mengikuti ritual peribadatan akan selalu merasa kerinduan untuk berkesempatan mengulangi pengalaman spritual yang mereka peroleh di lingkungan makam Syekh Burhanuddin.
Syekh Burhanuddin di kalangan umat Islam Sumatera Barat, bukan hanya sekedar ulama besar. Akan tetapi diyakini pula bahwa beliaulah orang pertama penyebar agam Islam di daerah ini. Setidak-tidaknya dari beliaulah perkembangan agama Islam di Sumatera Barat mengalami proses penyebaran yang begitu pesat. Sebagai ulama beliau memiliki kepribadian yang agung. Beliau seorang moderat yang mengerti apa yang dirasakan masyarakat. Beliau selalu bersempati kepada orang-orang yang berada di sekelilingnya. Dan dengan cara demikian beliau memasukkan rasa dan kesadaran beragama ke dalam diri setiap orang. Dengan cara yang lemah lembut, dengan pendekatan persualif serta dengan sentuhan psikologis, beliau masuk ke dalam masyarakat di sekitarnya dan dari keseharian masyarakatnya pula beliau secara berangsur-angsur menanamkan nilai-nilai aqidah.
Syekh Burhanuddin bukan dari aliran keras. Beliau seorang penyabar yang penuh santun. Entah karena sugesti yang pernah beliau ciptakan atau karena nuansa kedamaian itu yang tumbuh bersemi maka di komplek makam dan Masjid Syekh Burhanuddin selalu terdapat rasa aman, nyaman, tentram, damai dan bersahabat. Setiap kali seorang pernah datang ke tempat itu maka di dalam dirinya akan ada kerinduan untuk kembali dan kembali lagi kesana. Syekh Burhanuddin telah lama pergi meninggalkan masyarakat Minangkabau.
Tapi cahaya terang yang beliau tinggalkan dan keteladanan yang pernah beliau tebarkan, membuat makam dan suraunya senantiasa dikunjungi sepanjang masa. Dari mulutnya tidak pernah terdengar umpat dan cerca apalagi caci maki dan hujatan. Dari mulutnya selalu terdengar doa untuk kebaikan bersama. ***

Pengunjung

Rekening Donasi



 
Copyright © 2012. Website Resmi MTs Muhammadiyah Sungai Batang - All Rights Reserved
Jl Lingkar Maninjau Km 5.5 Muaro Pauah Nagari Sungai Batang
Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam 26472
Support : Ranah Maninjau
Created by MPS