Website Resmi MTs Muhammadiyah Sungai Batang
Headlines News :
Selamat Datang di MTs Muhammadiyah Sungai Batang | Jl Lingkar Maninjau Km 5.5 Muaro Pauah Sungai Batang 26472 | Kritik, Saran dan Masukan Silahkan Dikirimkan ke email : info@mtsm-sungaibatang.com

Latest Post

Sejarah berdirinya Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM)

Written By Unknown on Senin, 21 September 2015 | 14.23

Sejarah IPM (Ikatan Pelajar Muhammadiyah)

Latar belakang berdirinya IPM tidak terlepas dari latar belakang berdirniya Muhammadiyah sebagai Gerakan Dakwah Islam Amal Ma’ruf Nahi Munkar dan sebagai kensekuensi dari banyaknya sekolah yang merupakan amal usaha Muhammadiyah untuk membina dan mendidik kader.

Di samping itu situasi dan kondisi politik di Indonesia pada era rahun 1956-an, dimana pada masa ini merupakan masa kejayaan PKI dan masa Orde lama. Muhammadiyah menghadapi tantangan yang sangat berat dari berbagai pihak. Sehingga karena itulah dirasakan perlu adanya dukungan terutama untuk menegakkan dan menjalankan misi Muhammadiyah. Oleh karena itu kehadiran Ikatan Pelajar Muhammadiyah sebagai organisasi para pelajar yang terpanggil pada misi Muhammadiyah dan ingin tampil sebagai pelopor, pelangsung dam penyempurna perjuangan Muhammadiyah.

Upaya dan keinginan pelajar Muhammadiyah untuk mendirikan organisasi pelajar Muhammadiyah telah dirintis sejak tahun 1919. Akan tetapi selalu saja mendapat halangan dan rintangan dari berbagai pihak, termasuk oleh Muhammadiyah sendiri. Aktivitas pelajar Muhammadiyah untuk membentuk kader organisasi Muhammadiyah di kalangan pelajar akhirnya mendapat titik –titik terang dan mulai menunjukkan keberhasilannya, yaitu ketika pada tahun 1958, Konferensi Pemuda Muhammdiyah di garut menempatkan organisasi pelajar Muhammmadiyah di bawah pengawasan Pemuda Muhammadiyah.

Keputusan Konferensi Pemuda Muhammadiyah di Garut tersebut diperkuat pada Muktamar Pemuda Muhammadiyah II yang berlangsung pada tanggal 24-28 Juli 1960 di Yogyakarta yakni dengan memutuskan untuk membentuk IPM (Keputusan II/ no.4).

Keputusan tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
Muktamar meminta kepada PP Muhammdiyah Majelis Pendidikan bagian Pendidikan dan pengajaran supaya memberi kesempatan dan mengerahkan Kompetensi Pembentukan IPM kepada Pemuda Muhammadiyah.
Muktamar mengamanahkan kepada PP Pemuda Muhammadiyah untuk menyusun konsepsi Ikatan Pelajar Muhammadiyah dan untuk segera dilaksanakan setelah mencapai persesuaian pendapat dengan PP Muhammadiyah Majelis Pendidikan dan Pegajaran.

Setelah ada kesepakatan antara PP Pemuda Muhammadiyah dan PP Muhammadiyah Majelis Pendidikan dan Pengajaran pada tangggal 15 Juni 1961 ditandatanganilah peraturan bersama tentang organisasi Ikatan Pelajar Muhammadiyah.

Rencana pendirian IPM tersebut dimatangkan lagi di dalam Konferensi Pemuda Muhammadiyah di Surakarta tanggal 18-20 Juli 1961 dan secara nasional melalui forum tersebut IPM dapat berdiri dengan Ketua Umum Herman Helmi farid Ma’ruf, Sekretaris Umum Muhammmad Wirsyam Hasan.

Ditetapkan pula pada tangggal 5 Shafar 1381 bertepatan tanggal 18 Juli 1961 M sebagai harikelahiran Ikatan Pelajar Muhammadiyah.




  •                            Asas
           Ikatan Pelajar Muhammadiyah berasaskan Agama Islam
  • Identitas
    Ikatan Pelajar Muhammadiyah adalah Organisasi Otonom Muhammadiyah yang merupakan gerakan Islam, dakwah amar makruf nahi mungkar di kalangan pelajar, berakidah Islam dan bersumber pada Al- Qur'an dan As- Sunnah.
  • Lambang
    Lambang Ikatan Pelajar Muhammadiyah adalah Segi lima berbentuk Perisai runcing di bawah ,yang merupakan deformasi bentuk pena dengan jalur besar tengah runcing di bawah berwarna kuning, diapit oleh dua jalur bewarna merah dan dua jalur berwarna hijau dengan matahari bersinar sebagai keluarga Muhammadiyah di mana tengah bulatan matahari terdapat gambar buku dan tulisan Al-Qur'an surat Al-Qolam ayat 1 dan tulisan IPM dibawah matahari

    Makna Lambang IPM adalah :
  • Bentuk segi lima perisai,runcing dibawah merupakan deformasi pena
  • Warna Kuning berarti keagungan dan Ketuhanan; Putih berarti Kesucian; Merah berarti Berani; Warna Hijau menunjukkan agar ilmu yang didapatkan dapat mempertebal iman.
  • Gambar Matahari yang menunjukkan bahwa IPM adalah Keluarga besar Muhammadiyah
  • Di tengah bulatan matahari terdapat gambar buku berarti ilmu pengetahuan, atau bisa juga berarti Al-Qur'an yang suci (putih)
  • Di bawah bulatan matahari terdapat tulisan ayat Al-Qur'an, surat Al-Qalam ayat 1 yang berbunyi'' Nuun Walqolami wamaa Yasthuruun" yang artinya: Nuun, Demi pena dan apa yang dituliskannya.
  • Tulisan Al-Qur'an tersebut ditulis dengan menggunakan huruf arab, warna hitam dan merupakan semboyan IPM. Huruf IPM berwarna merah dengan kontur hitam. merah berarti berani serta aktif menyampaikan dakwah islam karena IPM mengembangkan tugas sebagai pelopor, pelangsung dan penyempurna amal usaha Muhammadiyah.
     
  • Semboyan
    IPM bersemboyan
    ن وَالْقَلَمِ وَمَا يَسْطُرُونَ                
    Nuun Walqolami Wamma Yasthuruun
    yang berarti : Nuun ,demi pena dan apa yang dituliskannya


Edaran Libur Dampak Kabut Asap


Kurikulum MTsM Sungai Batang

Written By Unknown on Selasa, 27 Agustus 2013 | 11.44

KURIKULUM MTS MUHAMMADIYAH SUNGAI BATANG

STRUKTUR MATA PELAJARAN MTS











NO MATA PELAJARAN PROGRAM LAYANAN KHUSUS REGULER
AKSELERASI VII VIII IX
SMT 1/2 SMT 3/4 SMT 5/6 INT INT INT VII VIII IX
PENDIDIKAN AGAMA








1 Quran Hadis 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 Aqidah Akhlak 1 1 1 1 1 1 1 1 2
3 Fiqih 2 1 1 2 2 2 2 2 2
4 SKI 1 1 1 1 1 1 1 2 2
5 Bahasa Arab

2

1

1
PENDIDIKAN UMUM








6 IPS 3 3 3 3 3 3 4 4 4
7 PPKN 1 1 1 1 1 1 1 1 1
8 Bahasa Indonesia 3 4 5 4 4 4 4 4 4
9 IPA 5 6 6 5 7 5 5 5 6
10 Matematika 6 7 7 6 8 7 5 6 7
11 Bahasa Inggris 4 4 5 4 4 5 4 4 4
12 Pendidikan Seni 1 1
1

1 1
13 TIK/Komputer 2 2 2 2 2 2 2 2 2
PENDIDIKAN KEPONDOKAN








14 Durusul lughoh 6 4 2 6 2 4 6 3 2
15 Mutholaah 2 2 2 2 2 2 2 2 2
16 Mahfudzhot 1 1
1 1
1 1
17 Nahwu
2 2
2 2
2 2
18 Shorof
2 2
2 2
2 2
19 Conversation 2 2 2 2

2 2 2
20 Composition



2 2


21 Qiroatul Quran 2

2

2

22 Tahfidzul Quran 2 2 2 1 1 1 1 1 1
23 Insya
1 1
2 2
1 1
24 Khot 1

1

1

25 Imla 2

2

2 1
JUMLAH MATA PELAJARAN 20 20 19 20 19 19 20 21 19
JUMLAH JAM 48 48 48 48 48 48 48 48 48

Pembalasan Yang Tak kunjung Tiba

Written By Unknown on Jumat, 12 Juli 2013 | 17.54


HAMPIR sebulan sejak serangan tiba-tiba pesawat tempur Israel ke dalam wilayah Suriah akhir Januari lalu, ancaman pembalasan dari Iran dan rezim Assad ternyata tak kunjung tiba. Saat serangan terjadi di Pusat Penerlitian Ilmiah Jamraya, dekat dengan ibu kota Damaskus pada Rabu (30/1/2013), sebagian analis Arab melihat bahwa Iran dan rezim Suriah akan melakukan pembalasan sebagai upaya untuk menarik kembali simpati publik Arab.
Jet-jet tempur Israel telah melanggar zona udara Suriah dan menyerang sebuah pusat riset militer, menewaskan serta menciderai tujuh orang. Media Zionis mengutip sumber-sumber militer mengklaim, serangan ini ditujukan untuk menghancurkan kiriman militer Suriah ke Libanon serta klaim media itu dipertegas oleh pejabat tinggi Israel yang saat itu sedang menghadiri Konferensi Keamanan di Munich, Jerman.
Menteri Perang Israel, Ehud Barak, pada Ahad (3/2/2013) mengakui bahwa pesawat-pesawat tempur Israel melancarkan serangan terhadap pusat penelitian ilmiah di Jamraya, luar kota Damaskus dan mengatakan kepada para wartawan di Jerman bahwa insiden tersebut merupakan bukti bahwa ancaman negerinya sungguh-sungguh. "Kami tidak berharap pihaknya harus diizinkan untuk membawa sistem senjata canggih ke Libanon," sambil kembali mengklaim Bashar al-Assad, akan lengser dalam waktu dekat sehingga bakal menjadi pukulan telak bagi Iran.
Serangan udara Israel itu menurut seorang pejabat AS menghantam peluru kendali darat-ke-udara dan sebuah kompleks militer terdekat di pinggiran Damaskus, karena Israel takut senjata tersebut akan dikirimkan kepada Hizbullah. Laporan-laporan sebelumnya mengisyaratkan pesawat-pesawat tempur Israel mungkin telah menargetkan dua lokasi terpisah dalam serangan tersebut yakni satu situs militer di luar ibu kota dan konvoi senjata di dekat perbatasan Libanon.
Paling tidak ancaman negeri zionis itu untuk menyerang Suriah apabila merasa sebagian senjata canggih yang masih dikuasi rezim Assad bakal dipindah ke Hizbullah Libanon, telah dibuktikan dan tidak menutup kemungkinan ke depan untuk melakukan serangan serupa bahkan dalam skala yang lebih besar bila semakin yakin Assad akan jatuh. Nah bagaimana dengan ancaman pembasalan dari Iran yang belum kunjung dilakukan?
Melihat pendapat sebagian besar analis dan publik Arab saat itu, sepertinya mereka setengah memastikan bahwa tidak akan ada pembalasan terhadap serangan negeri Zionis itu, karena dukungan mutlak Iran kepada rezim Assad hanya difokuskan pada pembantaian rakyat Suriah yang menentangnya. Melihat kenyataan hingga hampir sebulan serangan tersebut, tampaknya prediksi terakhir ini benar adanya.
Bagi pemerhati yang memprediksikan adanya pembalasan, umumnya memperkirakan akan dilakukan secara tidak langsung atau lewat serangan dari Hizbullah Libanon ke target dalam Israel. Apabila pembalasan benar-benar terjadi selain akan memperbaiki citra rezim sekaligus mempersulit posisi oposisi yang hingga saat ini masih belum berhasil menjatuhkan Assad secara militer.
Prediksi akan adanya pembalasan tersebut didasari pernyataan sejumlah petinggi negeri Persia itu yang hingga seminggu sejak serangan berlangsung terus mengeluarkan ancaman pembalasan. Sekretaris Dewan Tinggi Keamanan Nasional Iran, Saeed Jalili pada Selasa (5/2/2013) misalnya, memperingatkan kembali plot Israel tersebut bahwa serangan ke Suriah akan membuat Israel menyesal.
"Sama seperti ketika mereka menyesali serangannya pada Perang 33 Hari, 22 Hari dan delapan hari di Gaza, Israel juga akan menyesali serangannya ke Suriah,'' ujarnya sambil menegaskan Suriah adalah bagian penting dari dunia Islam, mengingat ia berada di garis depan dalam melawan Israel. Ia juga mengingatkan bahwa Republik Islam Iran akan mengerahkan kapasitas internasional untuk mendukung Suriah.
Meskipun serangan balasan tak kunjung tiba hingga memasuki minggu keempat sejak serangan itu dilancarkan, namun dengan masih alotnya perkembangan krisis Suriah, tetap tidak menutup kemungkinan serangan balasan tersebut masih terbuka bila serangan itu bukan bagian dari konspirasi. Hanya saja, bila serangan balasan atas negeri zionis itu terjadi nantinya hampir dapat dipastikan tidak akan menggoyahkan keinginan mayoritas rakyat Suriah dan publik Arab untuk menjatuhkan rezim dukungan Iran itu.
Sikap tersebut disebabkan karena momentum serangan balasan yang sudah terlambat sehingga akan menimbulkan kesan hanya mencari sensasi. Sebab lainnya, karena korban jiwa yang sangat dahsyat melewati angka 90 ribu orang yang gugur, disamping semakin terungkapnya aksi penyiksaan atas ribuan warga Suriah oleh rezim termasuk ratusan wanita dan anak-anak serta eksekusi biadab rezim atas para penentangnya.
Pura-pura
Terlepas dari masih terbuka tidaknya kemungkinan serangan balasan tersebut, penulis tertarik dengan sebuah artikel bertajuk dibalik serangan Israel atas Suriah yang ditulis oleh seorang analis Arab, Jarir Khalaf. Apabila melihat geliat negeri zionis itu dan Iran saat ini yang sama-sama bersaing untuk mendominasi Arab yang mayoritas Sunni, artikel tersebut ada baiknya juga untuk disimak.
Semula penulis tidak begitu tertarik membaca artikel tersebut, dan lebih melihat bahwa serangan tersebut sebagai gladiresik serangan Israel atas Iran di kemudian hari dan ujicoba senjata baru angkatan udara negeri zionis itu. Namun setelah setelah sekian lama tak kunjung ada serangan balasan, artikel yang ditulis di harian arabonline itu cukup menarik untuk dikaji ulang.
Menurut Jarir, serangan yang dilakukan oleh Israel atas pusat riset militer dekat Damaskus itu bukan taktik militer dan juga tidak logis sebab pemindahan senjata-senjata canggih dan senjata kimia milik rezim Assad ke Libanon untuk disimpan di arsenal senjata milik Hizbullah telah berlangsung setahun belakangan ini.
"Dua pihak yang dianggap sebagai gerakan perlawanan (rezim Assad dan Hizbullah) adalah perlawanan yang berpura-pura dengan pendukung utamanya sama yakni Iran. Kedua pihak ini telah lama berkoordinasi untuk menyimpan senjata di kawasan bukan untuk membebaskan Palestina dan tidak pula membebaskan Dataran Tinggi Golan (milik Suriah pen.)," paparnya.
Lebih lanjut, salah satu penulis Arab ini mengingatkan bahwa berlanjutnya posisi permusuhan dekoratif (pura-pura) di permukaan tersebut sangat penting untuk memelihara kepentingan masing-masing pihak dalam hal ini Israel, Hizbullah dan Suriah. Menurutnya, pengedepanan masalah keamanan Israel dalam setiap isu di kawasan, membuat tidak semua orang dapat mencermati dengan mudah setiap aksi negeri zionis itu termasuk yang berkaitan dengan serangan kali ini.
"Hampir semua pihak ternasuk Israel yakin bahwa mau atau tidak mau, rezim Assad akan segera berakhir sehingga negeri zionis ini khawatir bila kondisi baru di perbatasan sebelah utara akan mengancam keamanannya. Kita akan lebih mudah memahami maksud serangan itu apabila melihat kondisi di lapangan terkait kemajuan al-Jeish al-Hurr (Tentara Kebebasan) melawan pasukan rezim Assad," paparnya lagi.
Tentara Kebebasan sebagai seteru pasukan pro Assad dilaporkan berhasil mengalihkan arah tujuan konvoi kendaran angkut pembawa senjata canggih rezim Assad yang sedianya akan dibawa ke gudang senjata Hizbullah. Selain itu, beberapa batalion Tentara Kebebasan ini juga sudah berada sekitar satu kilo meter dari pusat riset militer yang diserang Israel itu, yang berarti hampir dapat menguasai gudang senjata, senjata kimia dan berbagai jenis senjata canggih lainnya buatan Rusia yang dipastikan dapat dimanfaatkan untuk segera mengakhiri rezim Assad.
"Nah pada saat itulah pesawat tempur Israel terlibat dengan mengebom pusat riset tersebut dan konvoi kendaran angkut senjata dimaksud sebagai salah satu balas budi kepada rezim Suriah. Jadi bukan untuk melemahkan rezim yang dianggap sebagai rezim perlawanan terhadap Israel sebagaimana pernyataan Iran. Serangan ini adalah prestasi bersama untuk memperpanjang nafas rezim Assad," tandasnya.
Jarir menambahkan bahwa konspirasi tersebut sebenarnya jauh lebih besar dari apa yang terlihat dengan kasat mata dan apa yang didengar dari berbagai pernyataan Parai Ba`ath Suriah dan Hizbullah Libanon. "Banyak yang percaya bila rezim Suriah adalah rezim perlawanan (terhadap Israel pen.). Rezim ini telah lama melakukan pembantaian terhadap rakyat tiga negara Arab," tandasnya lagi.
Ia mencontohkan pembantaian terhadap warga Palestina di Tel Za`tar, Nahr al-Bared dan al-Badawi menyebabkan 30 ribu orang tewas. "Selama tiga dekade menguasai Libanon, puluhan ribu rakyat Libanon juga menjadi korban. Adapun jumlah korban tewas dari rakyat Suriah selama 43 tahun masa kekuasaan rezim yang dianggap perlawanan terhadap Isreal itu, lebih dari dari 250 ribu orang," papar Jarir lagi.
Terperangkap
Terlepas dari benar tidaknya analisa tersebut, yang jelas kenyataan di lapangan setelah dua tahun umur krisis Suriah semakin dapat dicerna oleh masyarakat umum Arab atas "permainan" yang sedang berlangsung. Apa yang terjadi sesungguhnya di negeri bekas pusat Kekhalifahan Umawiyah itu semakin terkuak akhir-akhir ini sehingga publik Arab tampaknya tidak bisa lagi termakan orasi berapi-api tokoh-tokoh yang dianggap selama ini sebagai pemimpin perlawanan terhadap Israel.
Hizbullah yang selama ini memegang teguh sikapnya bahwa senjata yang dimilikinya hanya diperuntukkan melawan penjajah Israel kelihatannya sudah mulai berubah. Gerakan ini dilaporkan telah terperangkap dalam perang Suriah secara terang-terangan melawan para petempur anti Assad di sejumlah front baik di perbatasan dengan Libanon maupun di dalam wilayah Suriah.
Tentara kebebasan seperti dilaporkan sejumlah media Arab Rabu (20/2/2013), mengancam untuk menyerang posisi-posisi pertahanan Hizbullah di dalam wilayah Libanon. Ancaman ini dilontarkan setelah Kepala Staf Tentara Kebebasan, Salim Idris menuduh Hizbullah terlibat menyerang posisi para petempur anti Assad di Suriah.
Kepada kantor berita Perancis (AFP), Idris juga menyebutkan bahwa Hizbullah mengirim tentaranya untuk bertempur membela Assad di Damaskus, pedesaan Damaskus dan Homs.
"Kami memiliki bukti tentang hal ini, tapi dalam sepekan belakangan ini mereka mengubah taktik dengan melakukan serangan dari dalam Libanon,"paparnya.
Bahkan petinggi militer Tentara Kebebasan itu dilaporkan memberikan batas waktu terakhir bagi Hizbullah untuk menghentikan serangannya atas posisi-posisi Tentara Kebebasan hingga Kamis (21/2/2013). Harian al-Quds al-Arabi yang terbit di London, dalam tajuknya, Rabu (20/2/2013), juga mengingatkan bahwa Hizbullah telah terperosok dalam perang krisis Suriah secara terang-terangan.
Menurut Idris, bila serangan terus berlanjut setelah batas waktu itu maka ia akan memerintahkan kelompok-kelompoknya yang memiliki senjata jarak jauh untuk menyerang posisi asal serangan Hizbullah. "Sebenarnya kami tidak ingin memperluas perang karena kami hanya berperang melawan tirani," tegasnya sambil mengingatkan serangan Hizbullah itu sebagai pelaksanaan ancaman sejumlah petinggi rezim Suriah dan Iran.
Bila demikian halnya, maka krisis Suriah ibaratnya benang kusut dan semua pihak termasuk Israel ikut membantu mempersulit situasi. Karenanya beralasan dugaan yang menyebutkan bahwa Iran tidak akan melakukan serangan balasan terhadap Israel, apalagi nanti terbukti serangan tersebut memang bertujuan untuk menggagalkan Tentara Kebebasan mendapatkan senjata canggih milik rezim Assad./Sana`a, 11 R. Thani 1434 H*
Penulis kolumnis hidayatullah.com, tinggal di Yaman

Topeng dan Slogan Perlawanan Makin Tersingkap

Rezim Bashar al Asaad
SERANGAN angkatan udara (AU) Israel ke Suriah Ahad pagi (05/05/2013) masih menjadi topik hangat laporan media Arab dan bahasan sejumlah analis serta pengamat kawasan hingga saat ini. Hal ini berkaitan dengan dugaan adanya kepentingan bersama antara negeri Zionis itu dengan rezim Suriah dibalik serangan di ibu kota Damaskus tersebut.
Adapun dugaan bahwa aksi Israel tersebut semakin membuka peluang bahwa krisis di negeri Syam itu akan meluas ke negara-negara lain di kawasan termasuk negeri Zionis itu, menurut banyak pengamat Arab hanya isapan jempol semata. Pasalnya rezim Suriah demikian pula sekutunya Iran, dipastikan tidak akan melakukan serangan balasan secara langsung yang dapat mengobarkan perang regional yang dikhawatirkan.
Bila melihat ke belakang, serangan Israel atas Suriah telah sering dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya, namun balasannya hanya sebatas pernyataan klise yang sudah begitu melekat di telinga publik Arab yakni “Suriah berhak melakukan balasan pada waktu dan tempat yang tepat”. Namun kenyataannya hingga serangan terakhir itu, tidak satu peluru atau roket pun yang diluncurkan ke negeri itu baik dari Suriah maupun sekutunya, Iran.
Serangan pada Ahad pagi itu menurut laporan intelijen menargetkan rudal-rudal milik Iran yang diperuntukkan khusus bagi kelompok Hizbullah Libanon, yang belum lama ini terlibat langsung membantu rezim Suriah berperang melawan oposisi. Akibat serangan tersebut, sejumlah ledakan berantai mengguncang Damaskus, ibu kota negara itu yang lebih dari dua tahun ini dilanda perang saudara.
Aksi militer negeri Zionis itu merupakan serangan udara kedua dalam sepekan terakhir, dan yang ketiga kali dalam tahun ini dengan tujuan yang sama yakni menggagalkan jatuhnya senjata stategis dan non konvensional (kimia dan biologi) ke tangan kelompok yang tidak bersahabat kepada Israel baik dari kubu oposisi maupun sekutu rezim Assad semisal Hizbullah.
Karenanya, dugaan serangan terakhir Israel tersebut akan mengundang simpati publik Arab terhadap rezim Assad dan mempersuit posisi oposisi bersama negara-negara kasawan pendukungnya, adalah dugaan yang bukan pada tempatnya. Israel di satu pihak melakukan serangan bukan bertujuan untuk mempercepat kejatuhan rezim, tapi semata-mata untuk melindungi keamanan dan kepentingannya.
Negara Zionis itu sangat berkepentingan terhadap berlarut-larutnya krisis Suriah hingga negeri itu hancur secara militer dan ekonomi, bahkan berharap terpecah menjadi negara-negara kecil sektarian. Kehancuran Suriah apalagi terbagi-baginya menjadi negeri kecil sesuai peta golongan, akan menguntungkan Tel Aviv untuk jangka panjang ke depan sehingga dapat memperkuat posisinya terkait masa depan ``perdamaian`` Arab-Israel.
Di lain pihak, rezim Assad yang masih mampu bertahan dengan dukungan langsung dua sekutu utamanya, Iran dan Hizbullah yang terjun langsung melawan Jaishul Hurr (Tentara Kebebasan) dari oposisi, memanfaatkan serangan itu untuk memperkuat argumen sebelumnya, bahwa upaya menjatuhkan rezim adalah bagian dari upaya menghentikan perlawanan terhadap penjajah Israel.
Argumen tersebut bisa saja dapat mengelabui sebagian publik Arab seandainya serangan balasan segera dilakukan meskipun bersifat terbatas, namun balasan ini hampir dipastikan tidak akan dilakukan. "Siapa pun akan yakin tanpa perlu memiliki pengetahuan mendalam tentang masalah politik Suriah bahwa rezim tidak akan membalas serangan Israel secara langsung," papar Farouq Yusuf, analis Arab, Rabu (08/05/2013).
Damaskus sebenarnya sangat berharap serangan itu memunculkan kembali simpati publik Arab terhadap Assad sehingga dapat leluasa melakukan segala cara baik dengan menggunakan senjata pemusnah massal atau bala bantuan besar-besaran dari Iran dan Hizbullah untuk menumpas perlawanan oposisi yang dianggap mengusung agenda Israel dan al-Qaeda yang selalu didengungkan rezim.
Tapi simpati yang ditunggu-tunggu tak kunjung datang, apalagi ancaman serangan balasan tak kunjung dilakukan. Dari krisis yang telah berlangsung dua tahun lebih itu, publik Arab sepertinya sudah berhasil membuka topeng rezim dan sekutu-sekutunya yang menjadikan slogan ``perlawanan`` terhadap Israel hanya sebatas alat meraih simpati publik.
“Dua tahun lebih aksi pembantaian terhadap rakyat tak berdaya menyebabkan puluhan ribu nyawa melayang berhasil menyingkap tabir kebohongan dalam sejarah bangsa Arab tentang perlawanan terhadap Israel. Perlawanan dimaksud tidak pernah ditujukan untuk melawan Israel, tidak pula untuk membela Palestina, tapi sedikit orang yang sadar akan hal ini dan sebagian besar terpedaya,” kesimpulan sejumlah analis Arab.
Tak terpengaruh
Kesimpuan sejumlah analis Arab tersebut banyak benarnya bahkan serangan terakhir Israel itu semakin menyingkap bahwa slogan perlawanan terhadap Israel hanya topeng semata. Ibarat sebuah permaianan, mayoritas publik Arab sudah tak terpengaruh lagi setelah mereka sadar bahwa beberapa peperangan selama ini hanya sebuah ``permainan`` atau ``sandiwara`` yang dilakoni pihak-pihak berkepentingan di kawasan untuk mengusung kepentingan masing-masing.
Adapun slogan untuk membebaskan Palestina tak lebih sekedar konsumsi publik untuk mendapatkan simpati bagi kelanjutan petualangan mereka, agar publik lupa dengan masalah sesungguhnya yang dihadapi bangsa Arab yakni hilangnya solidaritas Arab dan merajalelanya pemerintahan korup serta diktator. Memang sejak Israel terbentuk pada Mei 1948, isu Palestina selalu laris dijual ke publik untuk mengalihkan perhatian mereka atas berbagai masalah yang dihadapi bangsa Arab.
Krisis Suriah telah membuka mata publik akan petualangan tersebut setelah mereka dapat melihat langsung bagaimana gigihnya Iran dan Hizbullah membela rezim dengan dalih yang sama yakni mempertahankan rezim Arab satu-satunya yang masih membela perlawanan terhadap Israel. Tapi topeng telah tersingkap lebar hingga dalih tersebut sudah tidak berpengaruh sama sekali.
Bahkan saking muaknya dengan slogan kosong tersebut, sebagian publik menyatakan gembira atas serangan tersebut dengan harapan akan menyusutkan kemampuan militer rezim hingga mempercepat kajatuhannya. Tentunya sikap ini juga kurang tepat, karena serangan itu hanya untuk kepentingan Israel sendiri bukan dalam kapasitas untuk segera menjatuhkan rezim atau membela oposisi sebagaimana yang disebutkan sebelumnya.
Tampaknya tepat arahan sebagian pengamat dan penulis Arab kepada publik bahwa tidak perlu mendukung salah satu diantara mereka sebab masing-masing pihak berkepentingan atas serangan tersebut. Israel melakukan serangan ke target yang telah diperhitungkan bakal berpotensi mengganggu keamanannya, sedangkan rezim berkepentingan agar serangan ini dijadikan dalih baru untuk melanjutkan pembantaian.
Sudah cukup jelas indikasinya bila serangan itu adalah bagian dari "permainan" pihak-pihak berkepentingan. Diantara indikasi tersebut adalah sikap Iran misalnya yang agak sedikit hati-hati melakukan reaksi, kemudian Hizbullah memilih diam dan tidak sebagaimana biasanya yang langsung mengancam melakukan balasan ketika Israel menyerang Libanon, negara kecil yang tidak memiliki pertahanan udara.
Sebagian pengamat menyebutkan bahwa serangan tersebut sebagai pesan kepada rezim agar tidak lengah terhadap kemungkinan senjata pemusnah massal jatuh ke tangan ``pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab`` yang dapat membahyakan negeri Zionis itu. ``Israel masih menginginkan rezim tetap kuat agar bisa mengamankan senjata-senjata pamungkas tersebut hingga batas waktu tertentu saat negeri Zionis itu mampu menyelamatkannya,`` papar sejumlah pengamat.
Dugaan ini juga logis, sebab dapat dibuktikan dari target serangan yang sangat terbatas yang sama sekali tidak menyentuh kemampuan tempur pasukan rezim, tidak pula menargetkan pasukan elit rezim maupun pasukan yang sedang bertempur melawan Tentara Kebebasan. Paling tidak itulah salah satu bentuk kesefahaman kedua belah pihak (Israel-rezim Suriah) hingga saat ini untuk melindungi kepentingan masing-masing.
Target lain
Di balik sandiwara serangan tersebut dan kemungkinan telah terjalinnya kesefahaman dua pihak, tetap tidak menutup kemungkinan adanya target lain yang sesungguhnya ingin dicapai oleh Isreal sendiri dari aksi militer ini. Dari jalannya serangan dan target serangan kali ini, memang pantas diduga adanya target lain dari negeri Zionis itu.
Dugaan pertama adalah, serangan tersebut dijadikan sebagai sarana ujicoba senjata baru sebagaimana kebiasaan negeri Zionis ini saat melakukan invasi di Libanon dan Gaza. Bom canggih yang digunakan buatan AS dan dilaporkan sangat akurat untuk menyerang depot penyimpanan rudal jenis Fateh 110 buatan Iran yang diperuntukkan bagi Hizbullah.
Dalam situasi kacau di Suriah, Israel ingin memanfaatkan negara tersebut sebagai arena ujicoba senjata mutakhir AS untuk mengetahui daya hancurnya dan kemampuan menembus pangkalan bawah tanah yang cukup dalam. Sebagian analis militer melihatnya sebagai salah satu persiapan menghadapi kemungkinan aksi militer terkait program nuklir Iran.
Dugaan lainnya, untuk menguji efektivitas pertahanan udara Suriah dan kemampuannya untuk menghadang serangan rudal. Pasalnya, telah lama pakar militer negeri Yahudi itu menyatakan kemampuan negaranya menembus pertahanan udara musuh dengan pesawat tempur yang terbang rendah untuk menyerang dari jarak cukup jauh untuk lebih mengakuratkan target serangan.
Belum ada konfirmasi dari pihak independen apakah target serangan tersebut mencapai sasarannya. Ujicoba ini, juga sebagai salah satu bentuk persiapan aktual tentang strategi serangan mendatang terhadap target Hizbullah di Libanon Selatan baik Hizbullah memiliki sistem pertahanan udara dengan rudal darat ke udara maupun tidak.
Berbagai dugaan tersebut besar kemungkinannya benar mengingat negeri Zionis ini sangat lihai memanfaatkan situasi kawasan untuk kepentingan keamanannya. Namun yang perlu dicatat dari serangan terakhir ini adalah makin tersingkapnya topeng dan slogan kosong perlawanan yang selalu didengungkan oleh Suriah dan sekutu-sekutunya selama ini.*/Sana`a, 29 J. Thani 1434 H
Penulis adalah kolumnis hidayatullah.com, tinggal di Yaman

Pengunjung

Rekening Donasi



 
Copyright © 2012. Website Resmi MTs Muhammadiyah Sungai Batang - All Rights Reserved
Jl Lingkar Maninjau Km 5.5 Muaro Pauah Nagari Sungai Batang
Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam 26472
Support : Ranah Maninjau
Created by MPS