Diatas Runtuhan Melaka Lama - Website Resmi MTs Muhammadiyah Sungai Batang
Headlines News :
Home » » Diatas Runtuhan Melaka Lama

Diatas Runtuhan Melaka Lama

Written By Unknown on Jumat, 31 Agustus 2012 | 14.28

Diatas runtuhan Malaka Lama
Penyair termenung seorang diri
Ingat Melayu kala jayanya
Pusat kebesaran nenek bahari

Diatas munggu yang ketinggian
Penyair duduk termenung seorang
Jauh Pandangku ke pantai sana
Ombak memecah diatas karang



Awan berarak melintau bernyanyi
Murai berkicau, Bayu merayu
Kenang melayang kealam sunyi
Teringat zaman yang lama lalu

Sunyi dan sepi,hening dan lingau
Melambai sukma,melenyai tulang
Arwah Hang Tuah rasa menghimbau
Menyeru Umat tunduk ke Tuhan

Disini dulu adat kebesaran
Adat resam teguh berdiri
Duduk semayam yang dipertuan
Melimpah hukum segenap Negri
Disini dulu laksmana Hang Tuah
Satria moyang melayu jati
Jaya perkasa, gagah dan mewah
Tidak melayu hilang di bumi

Disini dulu payung terkembang
Megah Bendahara Seri maharaja
Bendahara yang cerdik tumpuan dagang
Lubuk budi laut bicara

Penyair menghadap kelaut lepas
Selat Malaka tenang membentang
Awan berarak riak menghempas
Mentari turun rembanglah petang

Wahai tuan selat malaka
Mengapa tuan berdiam diri
Tidakkah tau diuntung hamba
Hamba musyafir datang kemari

Dimana Daulat yang dipertuan
Mana hang Tuah,mana hang jebat
Mana Bendahara Johan Pahlawan
Kankah jelas didalam babad

Namanya tetap jadi sebutan
Bekasnya hilang payah mencari
Hanya sedikit bertemu kesan
Musnah dalam gulungan hari

Hanyalah ini bekas yang tinggal
Umat yang lemah terkatung-katung
Hidup menumpang tanah terjual
Larat wai larat di pukul untung

Adakah ini bekas peninggalan
Belahan diriku Umat Melayu
Lemah dan lunglai tiada karuan
Belahan diriku Umat Melayu

Jauh didarat penyair melihat
Gunung Ledang duduk termangu
Tinggi menjulang hijau dan dahsyat
Hiasan hikayat nenekku dulu

Didalam kuasyik merenung gunung
Didalam kemilau panaskan petang
Tengah Khayal dirundung menung
Rasanya ada orang yang datang

Penyair hanya duduk sendiri
Tepi keliling rasanya ramai
Bulu romaku rasa berdiri
Berbuah warna alam yang permai

Ada rasanya bisikan sayu
Hembus angin Digunung Ledang
Entah putri datang merayu
Padahal beta bukan meminang

Bukanlah hamba sutan melaka
Jembatan emas tak ada pada ku
Kekayaan hanya syair seloka
Hanya nyanyian untuk bangsaku

Tiba-tiba terdengar putri berkata
Suaranya halus masuk kesukma
Maksudmu tuan sudahlah nyata
Hendak mengenang riwayat yang lama

Bukan ku minta jembatan emas
Tapi nasihat hendaklah kuberi
Kenang-kenangan zaman yang lepas
I’tibar cucu kemudian hari

Sebelum engkau mengambil kesimpulan
Sebelum Portugis engkau kutuki
Inggeris Belanda engkau cemarkan
Ketahui dahulu salah sendiri

Sultan Mahmud Syah mula pertama
Meminang diriku ke gunang ledang
Segala pintaku baginda terima
Darah semangkok takut menuang

Adakan cita akan tercapai
Adakan hasil yang diinginkan
Jikak berbalik sebelum sampai
Mengorbankan darah tiada berani

Apakah daya Datuk Bendahara
Jikalau Sultan hanya tualang
Memikir diri seorang saja
Tidak mengingat rakyat yang malang

Sultan Ahmad Syah apalah akalnya
Walaupun Baginda inginkan sahid
Mu’alim Makhdum lemah imannya
Disini bukan tempat tauhid

Bendahara Tua Paduka raja
Walaupun ingin mati berjuang
Bersama hilang dengan Malaka
Anak cucunya hendak lari pulang

Berapa pula penjual Negeri
Menghartap emas perak bertimba
Untuk keuntungan diri sendiri
Biarlah bangsa menjadi hamba

Ini sebab nya umat kan jatuh
Baik dahulu atau sekarang
Inilah sebabnya kakinya lumpuh
Menjadi budak beliau orang

Sakitnya bangsa bukan diluar
Tetapi terhujum didalam nyawa
Walau diobat walau ditawar
Semangat hancur apalah daya

Janjian Tuhan sudah tajalli
Mulailah umat yang teguh iman
Allah tak pernah mungkirkan janji
Tarikh riwayat jadi pedoman

Tidaklah Allah mengubah untung
Suatu kaum dalam dunia
Jika hanya duduk termenung
Berpeluk lutut berputus asa

Malang dan mujur nasibnya bangsa
Turun dan naik silih berganti
Terhenyak lemah,naik perkasa
Bergantung atas usaha sendiri

Riwayat yang lama tutuplajh sudah
Apakah guna lama terharu
Baik berhenti termenung gundah
Sekarang buka lembaran baru

Habis sudah madahnya puteri
Ia pun ghaib khayalpun hilang
Tinggal penyair seorang diri
Dihadapan cahaya jelas membentang

Pantai malaka kulihat riang
Nampaklah ombak kejar mengejar
Bangunlah tuan belahan sayang
Seluruh timur sudahlah sadar

Bercermin pada sejarah moyang
Kita sekarang merubah nasib
Dizaman susah ataupun riang
Tolongan tetap dari yang Ghaib

Bangunlah kasih umat Melayu
Belahan asal satu turunan
Bercampur darah dari dahulu
Persamaan nasib jadi kenangan

Semangat yang lemah dibuang jauh
Jiwa yang kecil kita besarkan
Yakin percaya,imanpun teguh
Zaman hadapan ,penuh harapan

Bukanlah kecil golonganmu tuan
Tujuh puluh juta Indonesia
Bukanlah sedikit kita berteman
Sudahlah bangun bumi Asia

Kutarik nafas,kukumpul ingatan
Akupun tegak dari renungan
Jalan yang jauh aku teruskan
Melukis riwayat shafat hidupku

Kota Malaka tinggallah sayang
Beta nak balik kepulau parca
Walau terpisah engkau sekarang
Lambat launnya kembali pula
Walaupun luas watan terbentang
Danau Maninjau terkenang Jua....
(Karya HAMKA)
Ditulis Oleh Hanif Rasyid S.Pdi

Terima Kasih Telah Membaca Artikel Diatas Runtuhan Melaka Lama. Silahkan Klik Tombol Like Atau Share Untuk Berbagi Artikel Ini Atau Silahkan Di Copy Link http://mtsm-sungaibatang.blogspot.com/2012/08/diatas-runtuhan-melaka-lama.html Terima Kasih.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Pengunjung

Rekening Donasi



 
Copyright © 2012. Website Resmi MTs Muhammadiyah Sungai Batang - All Rights Reserved
Jl Lingkar Maninjau Km 5.5 Muaro Pauah Nagari Sungai Batang
Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam 26472
Support : Ranah Maninjau
Created by MPS